Dalam dunia yang terus bergerak, di mana istilah ‘hustle culture‘ menjadi mantra bagi banyak pekerja dan pelaku industri kreatif, masalah tidur menjadi semakin merajalela.
Hustle culture, atau budaya kerja tanpa henti, sering kali dianggap sebagai medali kehormatan, seolah menunjukkan dedikasi dan ambisi yang harus jadi panutan semua orang. Namun, Davi Gadjali, founder dari Slumbr, mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang dampak nyata dari hustle culture ini, terutama pada kualitas tidur kita.
Hustle culture mendorong gagasan untuk bekerja keras tanpa kenal lelah, seringkali dengan mengorbankan waktu istirahat. Paradigma ini mengubah istirahat menjadi sebuah ‘hadiah’ atas kerja keras, bukan sebagai kebutuhan fundamental. Akibatnya, banyak dari kita yang terjebak dalam siklus kerja tanpa henti yang pada akhirnya merugikan kesehatan fisik dan mental, termasuk kualitas tidur.
Gangguan tidur seperti insomnia pun akhirnya kerap menimpa orang-orang yang terjebak dalam hustle culture ini.
Berjuang Melawan Insomnia
Davi Gadjali sendiri tidaklah asing dalam perjuangan melawan insomnia. Bertahun-tahun lamanya, sejak duduk di bangku SMA hingga memasuki dunia kerja, Davi berjuang dengan gangguan tidur yang menghantui hampir setiap malamnya. Ironisnya, momen krusial ini membawanya pada penemuan Slumbr, sebuah produk spray aroma terapi yang tidak hanya menawarkan keharuman, tapi juga kenyamanan dan keefektifan terapi untuk memperbaiki kualitas tidur.
Pada dasarnya, Slumbr dirancang untuk membantu individu tertidur pulas, sehingga bisa terlepas dari gangguan kesulitan tidur. Penggunaannya cukup mudah, yaitu cukup dengan menyemprotkan Slumbr pada bantal dan biarkan aroma teurapitik Slumbr bekerja dengan alami membantu kita mencapai kondisi deep sleep.
Slumbr memang bukan sekadar spray aroma terapi biasa. Dibekali dengan pemahaman mendalam tentang terapi aroma dari Barat dan dikombinasikan dengan riset selama dua tahun, Slumbr menawarkan solusi nyata. Produk ini menggabungkan empat jenis aroma esensial, yaitu valerian root, lavender, bergamot, dan ileng-ileng, masing-masing dengan manfaat terapeutiknya sendiri. Valerian root, misalnya, telah digunakan sejak zaman kuno di India dan oleh prajurit perang dunia yang mengalami trauma, untuk membantu mereka tidur.
“Di negara-negara Barat, aroma terapi itu sebetulnya punya fungsi pengobatan, yaitu aroma yang dipakai untuk terapi. Bukan cuma buat wangi-wangian saja. Sama seperti pijat untuk terapi kesehatan,” terang Davi saat berbincang dengan Goodlife. “Sayangnya di sini, makna terapi ini hilang jadi kita sering menganggap aroma terapi itu untuk wangi-wangian saja. Sayang sekali,” tambahnya.
Edukasi tentang Tidur yang Berkualitas
Davi menyadari bahwa mengubah persepsi masyarakat tentang tidur dan menantang hustle culture membutuhkan lebih dari sekadar produk. Oleh karena itu, Slumbr tidak hanya diciptakan sebagai alat bantu tidur, tapi juga sebagai bagian dari kampanye edukasi yang lebih luas. Kampanye ini bertujuan untuk menormalkan pentingnya istirahat dan tidur yang berkualitas sebagai bagian dari gaya hidup produktif.
Itu sebabnya Davi dan timnya di Slumbr merumuskan Slumbr dengan tagline yang cukup unik, yaitu “Pertolongan Pertama Pada Susah Tidur”.
Davi dan tim Slumbr sendiri juga melakukan banyak penelitian tentang sleep science. Dengan mengadopsi pendekatan 10-3-2-1-0 yang dipelajari dari Dr. Matthew Walker, seorang ilmuwan tidur, Davi dan tim Slumbr ingin mengajarkan kepada kita semua bahwa memulai hari dengan tidur yang baik adalah langkah pertama untuk kesuksesan, bukan hanya dalam pekerjaan, tapi dalam setiap aspek kehidupan.
Pendekatan 10-3-2-1-0 sendiri maksudnya adalah 10 jam sebelum tidur tidak konsumsi kafein, 3 jam sebelum tidur tidak konsumsi alkohol atau makan, 2 jam sebelum tidur tidak bekerja, 1 jam sebelum tidur tidak melihat gadget, dan 0 adalah jangan pernah melakukan snooze pada alarm yang sudah disetting.
Davi juga mengingatkan pentingnya memahami bahwa tidur adalah modal utama untuk beraktivitas. “Selama ini kita memahami kalau tidur itu adalah reward dari kerja keras. Padahal itu keliru. Justru untuk melakukan kerja keras itulah kita butuh tidur yang berkualitas,” jelas Davi.
Melalui Slumbr, Davi Gadjali mengundang kita untuk mengkaji ulang nilai hustle culture yang telah lama kita pegang. Dengan mengedepankan pentingnya tidur dan istirahat, Slumbr tidak hanya menawarkan solusi untuk insomnia tapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan dalam hidup. Seiring dengan berkembangnya kesadaran ini, semoga kita semua dapat menemukan kualitas tidur dan hidup yang lebih baik.