Waspada! Hal ini Bisa Jadi Pemicu Stres di Tempat Kerja

stress kerja

Stres di tempat kerja adalah hal yang sangat wajar terjadi. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari hal besar sampai hal kecil yang kadang tidak kamu sadari.

Stres di tempat kerja sebaiknya tidak diabaikan begitu saja. Memang kadang terasa sebagai hal biasa, tapi kalau didiamkan akan memberikan dampak buruk baik bagi performa kerja maupun hal yang bersifat pribadi lainnya.

Nah, hal apa saja yang bisa memicu stres di tempat kerja? Berikut ini mungkin kamu juga mengalaminya:

1. Lingkungan toxic

Saat ini sedang tren dimana seseorang mengeluhkan lingkungan kerjanya yang dianggap toxic. Apa itu lingkungan kerja yang toxic? Sebetulnya ada banyak penjelasan yang menggambarkan kondisi ini, tapi pada dasarnya lingkungan kerja yang toxic atau “beracun” adalah lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi seseorang untuk bisa bekerja.

Beberapa hal yang bisa dijadikan kategori toxic pada lingkungan kerja adalah:

Atasan yang tidak peduli

Percaya tidak percaya, kondisi seperti ini masih sering terjadi. Dimana atasan tidak mau tahu tentang masukan dari karyawannya dan merasa dirinya paling benar. Atasan juga tidak mau tahu kondisi karyawannya dan yang penting hanya hitungan profit di atas kertas.

Lingkungan kerja yang toxic penyebab terjadinya stres (Foto: Xframe)
Tidak ada antusiasme

Sebuah bisnis sejatinya dijalankan oleh orang-orang yang penuh semangat dan antusias. Namun beberapa kasus menunjukkan hal sebaliknya dimana karyawan hanya bekerja seperti robot, duduk di depan komputer dari pagi sampai sore, tidak ada ide kreatif dan tidak tertarik pada hal-hal baru.

Geng di kantor

Semakin besar sebuah perusahaan biasanya akan muncul kelompok-kelompok tertentu. Sebetulnya ini hal yang wajar karena beberapa orang mungkin memiliki hobi atau kondisi yang sama. Misalnya ada kelompok penggemar video game, sepak bola atau kelompok arisan.

Tapi akan menjadi toxic kalau kelompok-kelompok ini kemudian saling menjatuhkan, seperti misalnya kalau mau karir kamu bagus, maka kamu harus dekat dengan kelompok tertentu.

2. Atasan tidak tahu arah bisnis

Betul! Meskipun ini terdengar sangat aneh, tapi tidak sedikit para atasan dengan posisi sangat penting di sebuah perusahaan justru tidak paham bisnisnya dan tidak tahu arah bisnisnya. Akibatnya, ia membawa bisnis perusahaannya ke arah yang salah dimana revenue perusahaan akan semakin terganggu dan profit tidak pernah tercapai.

Kondisi ini biasanya diperparah dengan segala beban yang ditudingkan pada karyawannya. Artinya, karyawan dianggap tidak becus membuat profit. Padahal ini karena atasan yang tidak paham arah bisnisnya sendiri.

Seorang atasan yang tidak paham arah bisnisnya akan pengaruhi stres karyawan (Foto: Xframe)

3. Job enlargement

Pernah dengar istilah ini? Job enlargement adalah kondisi dimana karyawan diberikan tugas lebih banyak secara horizontal dari tugas awalnya namun masih dalam satu level pada jabatannya. 

Sisi positif dari kebijakan ini adalah untuk mengajarkan berbagai skill baru, baik untuk membangun kemampuan dirinya sendiri maupun untuk kemajuan perusahaan. Namun faktanya job enlargement justru sering menjadi pemicu stres karyawan.

Memberikan tugas baru sering tidak sesuai dengan kemampuan, keahlian dan job desk karyawan, sehingga alih-alih memberikan skill baru, yang terjadi adalah seperti pemaksaan karena perusahaan tidak mau mengeluarkan biaya lebih untuk merekrut orang baru dengan kemampuan baru yang dibutuhkan.

Misalnya, seorang teknisi IT diberi job enlargement mengerjakan konten media sosial harian. Apakah bisa? Tentu saja bisa, tapi tentu tidak optimal karena ini bukan keahliannya dan bisa jadi ini bukan minatnya. Akibatnya karyawan melakukan job enlargement dengan perasaan terpaksa yang ujung-ujungnya berakibat stres.

Selain itu, job enlargement umumnya tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan, jadi hanya pekerjaan saja yang ditambah.

Penambahan beban kerja bisa jadi pemicu stres (Foto: Pexels)

4. Job enrichment

Mirip dengan job enlargement, job enrichment adalah penambahan tanggung jawab pada karyawan, jadi memperluas pekerjaan secara vertikal. Tujuannya adalah untuk menambah motivasi dan meningkatkan kemampuan leadership karyawan. Dalam kondisi ini, tanggung jawab kamu bertambah, bukan berarti mengerjakan pekerjaan baru dan pekerjaan lama ditinggalkan.

Faktanya, job enrichment sering digunakan perusahaan untuk mengisi posisi-posisi penting baru tanpa harus mengeluarkan biaya untuk merekrut orang baru di posisi tersebut. Sementara orang yang diberikan job enrichment masih tetap mengerjakan pekerjaan lamanya. 

Mirip dengan job enlargement, tidak semua perusahaan mau memberikan kenaikan pendapatan pada karyawan yang diberikan job enrichment. Jadi, wajar saja kalau kebijakan ini bisa jadi pemicu stres yang cukup serius.

Kita tidak bisa menghindari stres karena di tempat kerja akan selalu ada masalah yang menimbulkan stres. Tapi kamu bisa mengatasinya dengan cara-cara mengelola stres yang baik.