Wow, Ini Makanan Tertua di Indonesia. Pernah Coba?

nasi bekepor

Keberagaman di Indonesia gak cuma suku bangsa dan bahasa tetapi juga soal kuliner. Gak terhitung banyaknya aneka kuliner khas Indonesia. 

Kuliner Nusantara ini biasanya memadukan antara bumbu dan aneka rempah khas Indonesia. Gak heran, kuliner Indonesia memiliki rasa yang kaya, lezat, dan pasti mengundang selera. 

Tak cuma memuaskan lidah dan perut, makanan-makanan khas Indonesia juga biasanya berkaitan erat dengan sejarah dan adaptasi masing-masing suku. Beberapa di antaranya bahkan berusia sudah sangat tua, bahkan jauh lebih tua dari usia Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Berikut ini makanan tertua Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun sejak ribuan tahun yang lalu dan masih kita nikmati hingga saat ini. Sayangnya, beberapa di antaranya mulai sulit dijumpai.

Nasi Jemblung

nasi Jemblung
Foto : surakarta.go.id

Namanya seunik bentuknya. Jemblung dalam bahasa Jawa artinya melingkar dengan lubang di tengah. Ketika disajikan, nasi Jemblung memang dibentuk lingkaran dengan lubang di tengah dengan alas daun pisang. 

Di tengah lingkaran itu diisi dengan lauk berbahan lidah dan daging sapi berwarna kecoklatan yang dimasak seperti bistik dan semur. Nasi Jemblung juga dihidangkan dengan sambal terasi, lalapan mentimun, tomat serta kerupuk rambak.

Nasi Jemblung sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan gak sembarang orang bisa memakannya. Karena dahulu kala, hanya raja dan kalangan bangsawan aja yang bisa mencicipi nasi Jemblung. Konon, raja terbesar dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Pakubuwono X sangat menyukai menyantap nasi Jemblung ini.

Sayangnya, makanan para raja dan kaum bangsawan ini mulai sulit dijumpai. Namun jika kamu sedang ke kota Solo, bisa mencicipi nasi Jemblung di Resto Roemahkoe di Jl. Radjiman No. 501, Solo.

Kapan lagi rakyat jelata menyantap makanan para raja-raja, iya kan?

Coto Makassar

coto Makassar
Foto: Instagram@surabayafoodies

Coto Makassar sudah ada sejak masa Somba Opu, pusat Kerajaan Gowa ketika mengalami masa kejayaan pada tahun 1538. Gak heran, Coto Makassar disebut sebagai masakan berkuah tertua di Indonesia.

Selain para raja dan bangsawan, para prajurit di lingkungan kerajaan Gowa juga diperbolehkan menyantap coto Makassar sebagai menu sarapan pagi.

Meski coto Makassar merupakan menu khas Indonesia namun tetap mendapat pengaruh dari makanan Tionghoa. Hal itu bisa dilihat dari penggunaan tauco di dalam kuah coto. 

Masakan berkuah ini punya ciri khas rasa rempah yang kuat karena memang bumbunya memerlukan banyak bahan dan rempah yang banyak. Bahkan di Makassar sendiri, banyak yang menyebut coto dibuat dari rampah patang pulo (“40 jenis rempah” di dalam bahasa Makassar). Namun itu hanya metafora untuk menunjukkan banyaknya rempah yang dipakai, tapi tidak sepenuhnya ada 40 jenis rempah yang dipakai.

Berikut ini banyaknya rempah yang harus Sahabat Goodlife siapkan untuk membuat coto Makassar, yaitu kacang tanah, kemiri, cengkeh, biji pala, serai, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seledri, cabai merah, cabai hijau, gula talla, asam, kayu manis, garam, papaya muda untuk melembutkan daging, kapur untuk membersihkan jeroan, dan tauco sebagai sambal pelengkap.

Konon, banyaknya rempah yang dipakai, selain untuk menguatkan rasa juga sebagai penawar kolesterol dari jeroan. Karena selain daging sapi, untuk menambah rasa gurih dan lezat, di dalam kuah coto Makassar dimasukkan irisan lidah, limpa, paru, hati, jantung, serta babat sapi yang diiris kecil.

Agar coto Makassar semakin lezat, harus dimasak menggunakan kuali tanah atau yang disebut dengan korong butta. Biasanya coto dimakan dengan ketupat, kacang dan diberi perasan jeruk nipis serta irisan daun bawang.

Nasi Bekepor

nasi bekepor
Foto: Instagram@resepnenek.smd

Sepintas, nasi Bekepor mirip dengan nasi liwet pada umumnya, yaitu nasi yang dimasak dengan cara dicampur dengan ikan asin, rempah-rempah, dan sedikit minyak sayur.

Nama Bekepor sendiri berasal dari cara memasaknya. Zaman dahulu, di masa Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Tiimur, nasi Bekepor dimasak dengan cara diputar di atas bara api menggunakan kenceng atau kendil yang terbuat dari perunggu. Proses memutar inilah yang disebut dengan bekepor.

Nasi Bekepor dihidangkan bersama dengan daging bumbu kecap, sayur gangan asam kukar, sejenis sayur asem yang diolah dengan kepala ikan dan ubi manis.

Sebagai pelengkap, nasi Bekepor bisa disantap dengan sambal raja, yang terdiri dari enam macam sambal yang dijadikan satu.

Nah, supaya peninggalan leluhur Bangsa Indonesia bisa terus lestari, gak ada salahnya Sahabat Goodlife juga ikut mencoba masakan Nusantara ini.