Tak hanya memiliki manfaat bagi kesehatan fisik, puasa ternyata juga bisa membantu menjaga kesehatan mental, yaitu dengan mengurangi tingkat stres. Bagaimana bisa begitu?
Stres adalah perasaan yang umumnya kita rasakan ketika berada di bawah tekanan, merasa kewalahan, atau kesulitan menghadapi suatu situasi.
Dalam batas tertentu, stres bisa membuat kita termotivasi untuk mencapai suatu tujuan, misalnya berani berbicara di depan umum, bisa menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat di akhir deadline, atau berhasil mengerjakan tes.
Sayangnya, jika dalam tingkat parah dan berlarut-larut, stres bisa memberikan dampak negatif seperti perubahan suasana hati, kesehatan fisik dan mental.
Penyebab stres pun beragam seperti menghadapi masalah emosional, gangguan kesehatan, masalah keuangan, hubungan atau perubahan hidup.
Benarkah Puasa Bisa Atasi Stres?
Selama ini sudah banyak pembahasan soal manfaat puasa untuk kesehatan fisik, mulai dari detoksifikasi tubuh, mengontrol gula darah, meningkatkan metabolisme tubuh, mengurangi risiko diabetes serta kegemukan.
Selain fisik, berpuasa juga ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan mental, yaitu mengatasi stres dan menurunkan kecemasan.
Jika dipikirkan, bagaimana mungkin menahan lapar seharian bisa membantu mengatasi stress dan kecemasan. Nyatanya, sudah ada beberapa literasi yang menjelaskan tentang hubungan stress dan puasa.
Salah satunya penjelasan dari Michael Mosley, dokter yang sering berbagi tips penurunan berat dan penemu metode intermittent fasting 5:2.
Dalam bukunya yang berjudul The Fast Diet, Michael Mosley mengungkapkan bahwa puasa makan dalam waktu tertentu, seperti di bulan Ramadan, memicu pelepasan produksi protein ke otak. Protein tersebut dikenal dengan istilah brain-derived neurotrophic factor (BDNF).
Protein ini dilepaskan ke otak dan memiliki efek samping mirip obat antidepresan sehingga dapat menurunkan tingkat depresi, stres, dan kecemasan.
Puasa bisa menekan stress dan membuat perasan menjadi lebih baik juga ditulis dalam sebuah jurnal berjudul Effect of Ramadhan Fasting on Endorphin and Endocannabinoid Level in Serum yang diterbitkan oleh Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Dalam jurnal itu diungkapkan bahwa beberapa hormon diproduksi tubuh ketika berpuasa, seperti hormon endorfin dan opioid endogen. Kedua hormon tersebut dapat memicu rasa bahagia dan mengurangi efek negatif akibat stres sehingga pikiran bisa lebih rileks dan tenang.
Sementara itu, dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada psikolog UGM, Dr. Bagus Riyono, M.A menyebutkan bahwa berpuasa bermanfaat meningkatkan kontrol diri.
Ketika berpuasa, kita dilatih delay gratification atau menunda pemuasan dari makan, emosi, dan lainnya. Dengan adanya jeda, penundaan pemuasan, atau tidak impulsif maka akan terjadi penurunan ketegangan atau stres dalam diri.
Dikatakan Bagus, selama menjalankan puasa, jiwa dilatih untuk disiplin dan tekun sehingga hati merasa tenang. Puasa juga bisa melatih diri untuk merespons semua hal dengan lebih tenang, dengan begitu dapat menurunkan stres dalam diri.
Puasa juga mampu menstabilkan produksi hormon kortisol berkaitan dengan respon tubuh saat stres. hal ini artinya bisa menekan tingkat stres. Jadi, berpuasa sebenarnya telah terbukti bisa menurunkan tingkat stres yang kamu alami setiap hari.
Nah, setelah melihat penjelasan di atas, ada baiknya saat berpuasa, kita tidak hanya menahan rasa lapar, tetapi juga melatih untuk menjadi lebih tenang sehingga bisa membantu mengatasi stres.