Banyak kegiatan olahraga yang dapat dimainkan oleh anak-anak sejak dini. Salah satu olahraga tersebut adalah tennis yang ternyata dapat dimainkan oleh anak sejak umur 5 tahun.
Umur yang baik untuk memulai pembelajaran tenis dapat bervariasi tergantung pada minat, perkembangan fisik, dan keterampilan motorik anak. Namun, secara umum, banyak ahli merekomendasikan memulai pelajaran tenis pada usia sekitar 4 hingga 6 tahun. Pada usia ini, anak-anak biasanya telah mengembangkan koordinasi motorik dasar yang diperlukan untuk bermain tenis.
Olahraga ini juga menawarkan berbagai macam manfaat, baik secara fisik maupun mental serta mendukung kegiatan sosialisasi anak.
Meningkatkan ketahanan fisik dan mencegah obesitas
Bermain tennis membuat anak menggerakkan seluruh tubuhnya ketika mengejar bola tenis serta mengayunkan raket dan melompat untuk menangkis bola yang datang. Memainkan satu set permainan tenis dapat membantu membakar sekitar 400 – 600 kalori.
Dengan rutin beraktivitas fisik, anak dapat menjaga kesehatan tubuh mereka dan terhindar dari risiko obesitas yang dapat menyerang anak-anak yang kurang bergerak.
Menyehatkan tulang
Selain dapat membantu proses pembentukan otot, olahraga seperti tenis juga dapat membantu menyehatkan tulang dari aktivitas fisik yang dilakukan. Dengan bermain tenis secara rutin, massa kepadatan tulang anak akan meningkat sehingga tulang menjadi lebih kuat dan tidak mudah mengalami keretakan atau patah.
Di kemudian hari, hal ini akan membantu anak untuk terhindar dari penyakit keropos tulang atau osteoporosis ataupun risiko disabilitas fisik lainnya.
Menyehatkan jantung
Tenis yang membutuhkan tingkat energi yang tinggi dari awal hingga akhir permainan sangat baik untuk memperkuat jantung dan membakar kalori yang dapat menyebabkan masalah jantung.
Menurut penelitian, memainkan tenis setidaknya 3 jam per minggu dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung hingga sebanyak 56%. Sehingga, banyak pemain tenis yang hidup sekitar 10 tahun lebih lama daripada orang-orang biasa.
Meningkatkan fleksibilitas dan koordinasi
Tiap kali anak berusaha untuk mengejar dan menangkis bola tenis yang datang, anak harus memposisikan raket dengan tangannya serta kaki dan tubuh dengan posisi yang benar agar ia dapat memiliki kekuatan yang cukup untuk menangkis bola yang datang.
Seluruh hal tersebut akan melatih kemampuan koordinasi mata-tangan, keseimbangan, memperbaiki postur, serta melatih fleksibilitas tubuh yang dapat mencegah cedera dan memberi anak ruang gerak yang lebih luas.
Menjaga kesehatan mental dan meningkatkan mood
Seperti olahraga lainnya, tenis dapat membantu menjaga kesehatan mental anak. Anak-anak yang berolahraga biasanya memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan tidak mudah merasa resah dengan menghadapi lawan yang kian lama kian sulit di lapangan tenis.
Selain itu, hormon endorfin yang dilepaskan oleh otak dari berolahraga; atau dalam konteks ini bermain tenis, dapat mengurangi rasa tegang, marah, dan depresi. Sehingga, suasana hati anak dapat menjadi lebih baik dan lebih stabil.
Menjadi sarana sosialisasi
Bermain tenis biasanya membutuhkan seorang lawan dan juga dapat dimainkan secara ganda. Selain itu, bila anak tertarik dan masuk ke dalam sebuah klub pelatihan, anak akan bertemu dengan anak-anak sebayanya dan dapat berlatih dan bermain bersama. Sehingga anak dapat membentuk ikatan pertemanan yang baru.
Meningkatkan sportivitas dan kedisiplinan
Dengan persaingan yang sehat di lapangan serta menunjukkan empati pada pemain lain dan lawan, anak belajar tentang sportivitas yang akan terbawa hingga ia dewasa. Anak juga akan belajar menerima kekalahan dengan lapang dada dalam permainan.
Selain itu untuk menguasai permainan tenis, dibutuhkan konsistensi serta waktu dan disiplin diri agar kemampuan bermain dapat terus berkembang.
Meningkatkan performa otak
Permainan tenis mendorong otak anak untuk dapat berpikir secara kreatif dan menggabungkan kemampuan perencanaan, berpikir secara taktis, ketangkasan, serta koordinasi seluruh tubuh dalam sepersekian detik ketika harus menangkis bola tenis yang datang.
Sehingga, semakin sering anak bermain tenis, maka semakin kuat pula koneksi saraf pada otak yang terkait dengan aktivitas tersebut. Dapat dikatakan, otak anak juga berolahraga ketika mereka bermain tenis dan dapat meningkatkan daya ingat, pembelajaran, kemampuan sosialisasi, serta perilakunya. Pikiran juga akan menjadi lebih tajam.
ngatlah bahwa setiap anak berbeda, dan tidak ada usia yang kaku untuk memulai pembelajaran tenis. Beberapa anak mungkin menemukan minat mereka dalam tenis pada usia yang lebih muda atau lebih tua. Yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyenangkan untuk memajukan keterampilan olahraga dan pengembangan pribadi anak.