Berobat Sambil Jalan-Jalan, ini Peluang Besar Wisata Medis Indonesia di Masa Pandemi

wisata medis

Berobat sambil jalan-jalan memang menyenangkan. Di beberapa negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, wisata medis sudah dikembangkan dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Namun, di Indonesia sendiri perlu kerja ekstra untuk mengembangkan produk pariwisata yang tergolong baru ini. Seperti apa tantangan untuk mengembangkan produk wisata yang sebetulnya semakin menjanjikan di era pandemi ini?

Sebelum pandemi diperkirakan ada sekitar 3 juta orang Indonesia secara rutin berwisata medis ke berbagai negara tetangga. Ini diungkapkan dr. Taufik Jamaan SpOG, ketua Asosiasi Wisata Medis Indonesia (AWMI) saat berbincang dengan Goodlife. “AWMI ini diinisiasi kawan-kawan dari kelompok kerja wisata medis Kementerian Kesehatan dan kami melihat beberapa tahun terakhir ini wisata medis Indonesia kurang ada kemajuan,” terang dr. Taufik.

Kurang puas dengan hanya menjadi wacana saja, dr. Taufik dan beberapa kawannya kemudian membentuk asosiasi sendiri yang bertujuan untuk mengembangkan wisata medis Indonesia. Sebagai catatan, dilansir dari situs resmi AWMI, bahwa Singapura, India, Thailand dan Malaysia adalah contoh negara yang mampu memanfaatkan peluang wisata medis dengan berhasil menarik 2 juta wisatawan medis pada 2005.

dr Taufik Jamaan SpOG, ketua Asosiasi Wisata Medis Indonesia (AWMI). (Foto: Instagram @taufikjamaal)

Peluang di Tengah Pandemi

Merebaknya pandemi menurut dr. Taufik justru menjadi peluang untuk mengembangkan wisata medis di Indonesia. “Sebelum pandemi banyak orang bolak-balik ke negara tetangga untuk medical check-up, sekarang mereka tak bisa bepergian ke luar negeri. Jadi kita sasar market lokal,” terang dr. Taufik.

Dengan potensi alam yang melimpah, dr. Taufik juga yakin kalau wisata medis di Indonesia berpeluang menjadi industri yang menjanjikan. “Anggota kami ini ada dokter umum, dokter spesialis, pemilik travel, perhotelan, restoran, perhubungan sampai industri herbal,” kata dr. Taufik.

Melihat kondisi sekarang, dr. Taufik juga menyadari bahwa saat ini orang tak hanya butuh pengobatan tapi juga relaksasi berbasis wellness, dimana destinasi yang dituju merupakan ruang terbuka yang menyediakan banyak oksigen, seperti pantai dan gunung yang banyak terdapat di Indonesia.

wisata medis
Ruang terbuka seperti pantai dibutuhkan untuk wisata wellness. (Foto: Pexels)

Lalu, dr. Taufik juga menyoroti pentingnya relaksasi bagi para pasien saat berobat. “Di Australia dan Thailand bahkan ada yang namanya fertility resort, jadi pasien bisa santai-santai dulu menikmati alam sambil relaksasi sebelum menjalani pengobatan,” kata dr. Taufik.

Terhentinya perjalanan ke luar negeri akibat pandemi menurut dr. Taufik juga merupakan peluang untuk membangun fasilitas dan layanan serupa. “Kami berencana untuk mengembangkan fasilitas di daerah Solok, Sumatera Barat,” kata dr. Taufik. “Ini menarik karena Solok punya sentra perkebunan dan lokasinya di pegunungan, jadi cocok untuk produk wisata medis yang akan kita jual,” tambahnya.

Peluang ini juga mengarah pada rencana untuk mengembangkan fasilitas senior living untuk para lanjut usia. “Contohnya di Jepang banyak sekali orang berusia lanjut yang kalau musim dingin mereka pergi ke daerah-daerah tropis,” kata dr. Taufik. “Ini pasarnya besar sekali, para orang tua bisa istirahat di sini sambil melakukan banyak hal, seperti belajar tenun, merangkai bunga dan berendam di air panas,” lanjutnya.

Beberapa hotel bahkan ada yang mengajukan diri untuk membuka konsep senior living sebagai salah satu fasilitas layanan mereka. “Kita sadar bahwa perhotelan di masa pandemi tidak terlalu berkembang, jadi mengubahnya dengan konsep senior living bisa jadi peluang baru,” terang dr. Taufik.

Gagasan ini menurut dr. Taufik juga berbuah ide untuk membangun beberapa fasilitas di kawasan Bogor atau Sentul, dan Dago Pakar di Bandung. “Belum lama ini bahkan ada tawaran untuk mengembangkan fasilitas serupa di pinggir pantai kawasan Mandalika,” terang dr. Taufik.

wisata medis
Pembangunan fasilitas senior living menjadi salah satu peluang dalam wisata medis. (Foto: Pixabay)

Kekayaan Herbal di Indonesia

AWMI juga melihat peluang untuk mengembangkan kekayaan herbal di Indonesia. Salah satunya adalah dengan rencana untuk membangun anjungan herbal di Taman Mini Indonesia Indah. “ Kita mengajak UKM dari daerah-daerah jadi tiap daerah bisa menunjukkan produk mereka,” jelas dr. Taufik.

Selain itu anjungan ini juga bisa menjadi ajang edukasi untuk anak-anak sekolah supaya bisa melihat langsung kekayaan herbal Indonesia. 

Peran herbal ini menurut dr. Taufik juga semakin diminati di industri perhotelan, karena permintaan untuk wisata medis di hotel juga meningkat. “Bukan cuma buat leisure atau massage saja, tapi permintaan akan terapi herbal atau terapi pernafasan,” kata dr. Taufik.

Namun, wisata medis tak bisa berkembang sendiri dan untuk itu AWMI juga menggalang kerjasama dengan Kemenparekraf untuk mengemas wisata medis yang lebih baik. “Sebelumnya memang wisata medis kurang dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan, tapi setelah pandemi ini menjadi peluang besar,” tutup dr. Taufik.