Empty Nest Syndrome, Gejolak Emosi Orang Tua yang Merasa Kesepian

keluarga

Ketika anak-anak sudah beranjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk hidup mandiri, hal itu ternyata bisa menimbulkan efek empty nest syndrome pada orang tua yang ditinggalkan.

Empty nest syndrome atau sindrom sangkar kosong adalah gejolak emosional yang banyak dihadapi orang tua ketika anak-anaknya meninggalkan rumah, entah untuk kuliah atau bekerja di luar kota atau luar negeri, atau ketika memutuskan hidup mandiri dan tidak tinggal bersama orang tua lagi.

Di satu sisi, orang tua pasti merasa bangga dengan anaknya yang mulai mandiri tetapi di sisi lain, bisa jadi mereka merasa sedih, kesepian, hampa, dan gelisah karena harus melepaskan anaknya meninggalkan rumah.

Berbeda dengan kesedihan yang dialami ketika, misalnya orang yang dicintai meninggal, kesedihan empty nest syndrome ini sering kali tidak disadari karena anak yang sudah dewasa pindah dari rumah dianggap sebagai sesuatu hal yang normal.

Empty nest syndrome biasa dialami orang tua (Foto: Xframe)

Dampak Bagi Kesehatan

Dilansir dari Psychologytoday, empty nest syndrome bukanlah kelainan atau gangguan berbahaya, tetapi istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan yang dapat membingungkan dan mengejutkan karena tampaknya bertentangan dengan perasaan bangga atas prestasi anak.

Kabar baiknya, perasaan sedih, kesepian, hampa, dan gelisah ini hanyalah sementara atau sebagai fase transisi dari yang biasanya ada anak yang harus dirawat di rumah, sekarang tidak ada anak yang harus diurus lagi.

Meski bukan suatu kondisi kesehatan medis atau kejiwaan, dalam jurnal penelitian yang diterbitkan oleh Psychiatriki, empty nest syndrome yang berkepanjangan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Jika orang tua merasa sedih berlarut-larut, menangis berlebihan, dan terutama jika kehidupan sehari-harinya terhambat, disarankan untuk meminta bantuan tenaga psikolog.

Cara Mengatasi Sindrom

1.   Tetap berhubungan dengan anak

Ketika sudah tidak tinggal satu rumah lagi dengan anak, pastikan untuk tetap berkomunikasi dengan anak. Orang tua dapat tetap berhubungan dengan anak melalui panggilan telepon, pesan teks, email, atau panggilan video. Saat ini teknologi komunikasi sudah sangat maju dan mudah digunakan.

Jangan lupa untuk tetap rutin berhubungan dengan anak meskipun tidak bisa secara langsung (Foto: Xframe)

2.   Lakukan hobi yang menyenangkan

Alih-alih fokus akan merasa sedih dan kesepian karena ditinggalkan anak, orangtua sebaiknya mengalihkan perhatian dengan melakukan hobi yang menyenangkan seperti berkebun, membuat kue, atau melukis.

3.   Rutin berolahraga

Rutin berolahraga juga ampuh membangkitkan perasaan senang dan bersemangat. Orang tua bisa melakukan jalan santai, yoga, ataupun senam ringan. Bila perlu bisa bergabung dengan kelompok olahraga untuk para lansia di sekitar rumah. Dengan begitu, mungkin bisa mendapat kawan baru agar tidak kesepian.

4.   Dukungan kelompok

Temukan kelompok yang bisa mendukung orang tua tetap bergembira atau berbagi tentang perasaannya. Jika tidak ada kelompok yang mengalami situasi yang sama, orangtua juga bisa berkumpul bersama teman-teman lama, hanya untuk tertawa atau bercerita hal-hal kecil yang menyenangkan.

5.   Menulis jurnal

Saat perasaan sedih dan kesepian melanda, orangtua bisa menuangkan perasaannya itu dengan menulis jurnal. Selain menulis tentang bagaimana perasaannya saat itu, orang tua juga sebaiknya menuliskan hal-hal positif tentang prestasi anak-anaknya saat ini sehingga perasaan bangga dan bahagia bisa mengalahkan perasaan sedih dan kesepian tadi.

Temukan aktivitas menarik dan rajin olahraga adalah salah satu cara mengatasi sindrom (Foto: Pexels)

6.   Rajin merawat diri

Manfaatkan waktu yang banyak senggang dengan rajin merawat diri, misalnya dalam bentuk diet sehat, cukup tidur, dan istirahat.

7.   Traveling

Jika selama ini anak muda yang banyak melakukan traveling untuk bersenang-senang, orang tua juga bisa melakukannya. Tak perlu jauh-jauh, yang terpenting orang tua bisa mendapatkan suasana baru yang membuat pikiran rileks dan segar.

8.   Bersyukur

Rasa bersyukur karena bisa membesarkan anak-anak dengan baik sehingga mereka bisa menjadi orang yang sukses dan hidup mandiri, bisa membuat orangtua lebih mudah menjalani masa transisi ini. Memang kondisi ini butuh proses untuk mengubah mindset dari rasa ditinggalkan menjadi rasa bangga.

9.   Menemukan minat baru

Temukan minat baru yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Misalnya, jika sebelumnya orang tua tidak punya waktu untuk mengikuti workshop, kali ini mulai mencari-cari kursus yang menarik perhatian.

Terimalah perasaan sedih, kesepian, dan hampa sebagai suatu fase yang normal karena anak-anak meninggalkan rumah keluarga. Namun sadarilah bahwa peran Anda sebagai orangtua telah berubah bukan berakhir.

Rasa sedih dan sepi yang timbul karena ditinggal oleh anak-anak untuk hidup mandiri memang wajar terjadi. Akan lebih baik bila kondisi ini disikapi dengan sesuatu yang positif agar bisa melanjutkan hidup dengan lebih tenang.