Ini Alasan Kenapa Kamu Harus Mulai Tinggalkan Pola Hidup “To-Do-List”

kerja

Konsep to-do-list banyak diterapkan untuk mempermudah pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Memang membantu, namun di satu sisi pola ini juga berisiko memicu stres dan tidak meningkatkan kualitas hidup.

To-do-list sangat erat dengan aktivitas sehari-hari. Apalagi buat kamu yang super sibuk dengan pekerjaan di kantor. To-do-list sendiri dibuat untuk membantu kamu merancang tugas-tugas agar lebih mudah dikerjakan dan tidak bingung mau mulai dari mana.

Kalau selama ini kamu merasa banyak terbantu dengan to-do-list, selamat! Kamu berhasil menyelesaikan tugas-tugasmu dengan baik. Tapi pertanyaannya, apakah semua tugas yang kamu selesaikan itu bernilai? Membuat kamu merasa lebih berharga? Atau justru membuat kamu merasa bosan lebih cepat?

To-do-list di lingkungan kerja, misalnya, memang bisa membantu. Dengan selesainya banyak pekerjaan, reputasi kamu juga semakin baik. Tapi apakah kamu yakin bahwa itu yang terbaik buat diri kamu? Betulkah kemampuan menyelesaikan banyak tugas bisa membuat kamu lebih bahagia atau merasa puas dengan hidup kamu?

To-Do-List? Kenapa Tidak Coba Not-To-Do-List?

Selama ini kita merasa hebat dengan tuntasnya semua pekerjaan pada to-do-list kita. Tapi banyak yang lupa bahwa not-to-do-list jauh lebih penting daripada to-do-list. 

Memaksakan pendapat di lingkungan kerja bisa masuk dalam daftar not-to-do (Foto: Pexels)

Not-to-do-list adalah serangkaian hal yang justru tidak boleh kamu lakukan, misalnya: datang terlambat, mementingkan diri sendiri, merasa pekerjaanmu paling penting atau memaksakan pendapat saat meeting – pokoknya harus pakai ide saya, hingga mengerjakan job desk orang lain. 

Ini adalah daftar yang kalau kamu lakukan sepenuhnya, akan membuat perbedaan dalam diri kamu dan lingkungan sekitarmu. Misalnya: tidak datang terlambat lagi sehingga kamu bisa lebih siap menghadapi pekerjaan dan tidak terburu-buru, atau tidak memaksakan pendapat sehingga rekan kerja yang lain mulai bisa menghormatimu.

Contoh lagi, kamu menolak untuk mengerjakan tugas yang bukan job desk kamu sehingga kamu bisa bekerja lebih baik dan orang lain tidak bisa lagi seenaknya menyuruh kamu melakukan hal yang bukan tanggung jawab kamu.

Kadang, orang lain juga perlu tahu bahwa job desk yang berbeda bukanlah tanggung jawab kamu. Itu sebabnya akan sangat bagus kalau masalah ini kamu masukkan dalam daftar not-to-do.

Kerjakan yang Penting, Bukan yang Penting Kerjakan

Pernahkah kamu perhatikan bahwa to-do-list yang kamu buat tidak jarang malah membebani kamu? Atau kamu justru tambah stres setelah melihat daftar yang begitu panjang? Lebih parah lagi, apa kamu yakin bisa selesaikan semuanya dalam sehari dan apa itu membuat kamu jadi pribadi yang lebih bernilai? 

Apa jadinya kalau kamu tidak bisa menyelesaikan to-do-list kamu? Bukankah ini akan jadi beban untuk to-do-list berikutnya yang akan semakin bertumpuk?

Kalau sudah begini, apa masih yakin kalau to-do-list adalah hal yang paling sempurna untuk jadi solusi dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari?

akupunktur atasi stress
To-do-list justru rentan membuat kamu stres (Foto: Pexels)

Dikutip dari Medium.com, ada kisah menarik dari pialang terkenal Warren Buffett. Suatu hari Warren menyuruh pilot pesawat jet pribadinya untuk membuat daftar 25 hal yang penting bagi hidupnya dan kemudian pilih 5 saja dari daftar itu untuk hal yang benar-benar jadi goals atau tujuan hidupnya.

Setelah dikerjakan, pilot tersebut mengatakan bahwa ia telah memilih 5 hal paling penting dalam hidupnya dan 20 sisanya adalah hal yang bukan jadi fokus utama tapi setidaknya masih diperhatikan untuk dikerjakan.

Warren menegaskan bahwa itu adalah salah. 5 hal yang kamu pilih adalah hal penting yang jadi tujuan hidup kamu, maka fokuslah pada hal itu. Sedangkan 20 hal sisanya adalah hal yang seharusnya kamu hindari dengan cara apapun.

Banyak orang terjerumus dalam stres dan tidak bisa mencapai tujuan hidupnya hanya karena tidak fokus pada tujuannya karena memikirkan banyak hal lain dalam daftar yang sebetulnya tidak penting sama sekali.

Begitulah seharusnya menjalankan pola aktivitas termasuk dalam bekerja. Fokus pada yang penting dikerjakan, bukan asal mengerjakan to-do-list saja.

Percaya atau tidak, konsep inilah yang membuat Warren Buffett mencapai sukses dalam hidupnya sebagai salah satu orang terkaya di dunia.

Tak ada yang salah dari mengerjakan semua pekerjaan to-do-list hingga selesai. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu butuh menjadi produktif dan produktif bukan soal cuma selesaikan pekerjaan dalam daftar. Produktif adalah bagaimana kamu juga mengembangkan ide-ide kamu, menghidupkan hasrat untuk kejar impianmu, terbuka pada perkembangan dunia yang dinamis dan terus menikmati proses berkarya. 

Itu sebabnya kamu harus paham mana yang penting untuk dikerjakan, bukan yang penting dikerjakan.

Mulailah mengubah pola pikir yang tadinya hanya terpaku pada daftar, menjadi sesuatu yang lebih dinamis dan terfokus. Hidupmu bukan sebuah papan yang berisi daftar rutinitas dan kamu berhak untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik sesuai dengan kemampuanmu.