Selalu Terburu-Buru, Waspadai Gejala Hurry Sickness yang Bisa Picu Stress

Aktivitas di kota besar memang kadang menuntut kita untuk menyelesaikan banyak hal dalam waktu singkat. Kondisi ini sering membuat kita jadi terburu-buru, namun tanpa sadar kadang sikap buru-buru ini tetap melekat pada diri kita meskipun sedang dalam kondisi normal.

Kecenderungan untuk bersikap selalu terburu-buru disebut sebagai hurry sickness.Sepintas, hurry sickness memang terlihat wajar, karena gaya hidup atau pola kerja yang memang sangat padat. Namun bahayanya, kondisi ini tanpa disadari bisa berkembang dan mengganggu kesehatan mental secara keseluruhan.

Menurut Alodokter, hurry sickness saat ini semakin rentan menjangkiti banyak orang karena adanya teknologi yang berkembang pesat dan membuat pekerjaan jadi bisa dikerjakan lebih singkat. Teknologi juga membuat kita saat ini bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu yang sama.

Hurry sickness sering tidak disadari gejalanya (Foto: Xframe)

Itu sebabnya, beban aktivitas juga menjadi lebih banyak dan pada akhirnya justru berisiko memicu timbulnya stress dan gangguan kesehatan mental.

Hurry Sickness, ini Cirinya

Ada beberapa gejala yang bisa terlihat secara langsung pada orang yang mengidap hurry sickness, seperti beberapa hal berikut ini:

Semua dianggap sebagai kompetisi

Layaknya sebuah kompetisi, semua aktivitas dikerjakan dengan cepat. Bahkan beberapa aktivitas seperti mengemudi, makan dan belanja juga dilakukan dengan sikap seperti buru-buru. Dalam banyak hal, kondisi ini dirasa sangat mengganggu bagi orang lain.

Selalu merasa terlambat

Terlebih bagi yang tinggal di kota besar seperti di Jakarta yang rawan dengan kemacetan, memperhitungkan waktu sebelum melakukan perjalanan memang mutlak diperlukan. Namun, bagi pengidap hurry sickness, jadwal yang tepat waktu juga sering dianggap seperti terlambat. Kondisi ini membuat pengidap hurry sickness sering bersikap gelisah meskipun ia tidak terlambat.

Selalu terburu-buru dan merasa lambat dalam menyelesaikan pekerjaan (Foto: Xframe)

Tidak terima penundaan

Jadwal dan beban kerja bisa saja berubah atau mengalami penundaan. Dalam kasus seperti ini, pengidap hurry sickness umumnya tidak bisa menerima hal tersebut, karena dianggap memperlambat pekerjaan.

Tak hanya penundaan pekerjaan, kondisi yang mengharuskan antre juga bisa menjadi pemicu rasa cemas, frustasi dan bahkan emosi bagi pengidap hurry sickness.

Multitasking jadi pilihan

Daripada menyelesaikan satu pekerjaan dalam waktu tertentu, pengidap hurry sickness umumnya lebih suka melakukan multitasking atau melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu.

Menyela pembicaraan

Tak hanya terjadi pada dunia kerja, pengidap hurry sickness umumnya juga bersikap buru-buru dalam urusan yang lebih pribadi, seperti saat berbicara baik dengan rekan kerja maupun anggota keluarga. 

Selain bicara yang cenderung cepat, hal yang juga umum terjadi adalah menyela pembicaraan orang lain untuk membicarakan topik lain yang lebih disukai. Selain itu, pengidap hurry sickness juga sering bersikap mengabaikan pembicaraan lawan bicaranya dan ingin buru-buru mengambil alih pembicaraan.

Tidak sabar dan selalu menyela pembicaraan (Foto: Xframe)

Atasi Hurry Sickness, ini Caranya

Sebetulnya kondisi ini bisa diatasi atau setidaknya diminimalisir gejalanya. Hal-hal berikut ini bisa kamu jadikan acuan:

Berhenti jadi people pleaser

Istilah people pleaser ditujukan untuk orang yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain. Sikap ini diyakini bisa menjadi salah satu pemicu gejala hurry sickness yang ingin mengerjakan segala sesuatunya dengan singkat demi membuat orang lain senang.

Sudah saatnya kamu mengenali batasan diri kamu sendiri dan berfokus pada apa yang menjadi tujuan dan tanggung jawab utama kamu. 

Kenali skala prioritas

Membuat skala prioritas adalah cara yang cukup efektif khususnya untuk kamu yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Daripada harus melakukan multitasking setiap saat, cobalah untuk merencanakan skala prioritas dengan acuan berikut:

  • Penting, mendesak
  • Tidak penting, mendesak
  • Penting, tidak mendesak
  • Tidak penting, tidak mendesak

Dengan mengkategorikan pekerjaan kamu pada kelompok tersebut, ini bisa membantu kamu untuk mengerjakan tugas lebih terorganisir.

Hurry sickness memang sering tidak disadari gejalanya dan kadang memang bisa teratasi dengan sendirinya. Namun kondisi seperti ini yang dibiarkan terus-menerus bisa membuat kamu justru terperangkap dalam kesibukan kamu sendiri. 

Itu sebabnya jangan menganggap enteng gejala hurry sickness. Sebisa mungkin hindari hal-hal yang bisa memicu terjadinya risiko hurry sickness dan atasi segera bila kamu mulai merasa hal ini terjadi.