Jangan Lekas Percaya! Ini Mitos Seputar Pikun di Usia Lanjut

lansia

Pikun identik dengan penyakit orang yang sudah tua. Namun sebetulnya tak semua orang lanjut usia akan mengalami pikun atau penurunan daya ingat. 

Pikun sebenarnya adalah istilah yang digunakan orang awam yang merujuk pada demensia. Kata pikun kini semakin jarang digunakan karena memiliki kesan negatif dan kurang sopan.

Oleh karena itu, istilah demensia yang kini lebih banyak dipakai untuk menggambarkan kondisi medis berupa kumpulan gejala yang mengacu pada penurunan fungsi otak, seperti menurunnya daya ingat, gangguan proses berpikir dan perilaku, serta perubahan kondisi mental atau emosional.

Demensia dengan tingkat keparahan yang lebih lanjut bisa menyebabkan kehilangan daya ingat dan perubahan kepribadian yang mengganggu aktivitas sehari-hari, bukan hanya si penderita tetapi juga pada lingkungan di sekitarnya seperti keluarga.

Umumnya pikun atau demensia terjadi pada orang di atas usia 65 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan dialami oleh orang dengan usia yang lebih muda.

Pikun tak hanya terjadi pada lanjut usia (Foto: Pixabay)

Penyebab Umum Demensia

Demensia disebabkan karena adanya kerusakan pada otak yang menyebabkan sel otak memburuk dan mati lebih cepat dari biasanya sehingga menyebabkan gangguan tindakan pada penderitanya.

Kerusakan dan penurunan fungsi sel otak yang berhubungan dengan memori bisa terjadi karena berbagai faktor berikut ini:

  • Mengalami stroke berkali-kali
  • Penyakit neurologis degeneratif seperti parkinson
  • Menderita HIV dan sebagian infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis (peradangan membran otak)
  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi
  • Kadar kolesterol yang tinggi
  • Tumor
  • Cedera traumatis pada otak
  • Konsumsi berlebihan alkohol atau obat tertentu
  • Depresi
diabetes puasa
Diabetes bisa sebabkan demensia (Foto: Pixabay)

Mitos Seputar Pikun di Usia Lanjut

1.       Semua orang usia lanjut akan mengalami pikun atau demensia

Bagi orang usia lanjut, sangat wajar jika sesekali lupa dimana meletakkan kunci atau kelupaan ringan lainnya. Sementara itu, demensia bisa membuat lupa akan hal-hal yang baru saja disampaikan sehingga sering menanyakan pertanyaan yang sama berulang, lupa jalan ke rumah, atau lupa nama-nama teman.

Nah, tidak semua orang usia lanjut akan mengalami pikun atau demensia karena kerusakan sel-sel yang berhubungan dengan memori bukanlah bagian dari proses penuaan yang normal.

Otak mampu memproduksi sel-sel baru pada usia berapapun sehingga kehilangan memori yang signifikan bisa dihindarkan. Tetapi sama seperti kekuatan otot, orang pun harus melatih dan menggunakan memori agar kemampuannya tidak jauh menurun.

2.       Suplemen dan vitamin bisa mengatasi demensia

Belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung hal tersebut. Sampai saat ini belum ada obat yang terbukti bisa menyembuhkan kerusakan sel-sel otak yang berhubungan dengan memori. Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter biasanya hanya mampu mencegah gejala kambuh tapi tidak menghentikan perkembangan demensia. 

3.       Demensia dan alzheimer adalah sama

Alzheimer adalah salah satu bagian dari gangguan demensia. Gejala alzheimer biasanya adalah sering lupa atau penurunan daya ingat yang ringan. Banyak yang biasanya mengabaikan gejala yang dianggap ringan ini sebelum akhirnya meningkat pada penurunan daya ingat yang lebih besar. Pada akhirnya penderita alzheimer akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dan merespon lingkungannya.

Dilansir dari Halodoc gejala ringan alzheimer yang tidak ditangani dengan baik bisa memburuk dan menjadi demensia yang artinya pasien akan kehilangan kemampuan untuk banyak hal termasuk mengurus diri sendiri.

Alzheimer dan demensia adalah 2 kondisi yang berbeda (Foto: Pixabay)

4.       Penyakit keturunan

Demensia memang bisa memiliki faktor genetik tetapi mayoritas kasus demensia justru tidak berhubungan dengan masalah genetik. Justru faktor terbesar meningkatnya risiko demensia adalah soal gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik, terlalu banyak minum alkohol atau obat-obatan tertentu tanpa petunjuk dokter, gaya hidup tidak sehat dan sering stress.

5.       Demensia tidak berbahaya

Demensia justru bisa membuat penderitanya lupa makan atau minum, kesulitan menelan makan, dan pada akhirnya menyebabkan kekurangan nutrisi yang cukup parah.

Selain itu, perubahan perilaku penderita demensia juga bisa membahayakan penderita itu sendiri, seperti lupa alamat rumah, tidak lagi mengenali orang, hingga lupa cara mengemudi atau memasak. Jadi, jangan anggap remeh gejala demensia.

Tips Mencegah Demensia

–          Lakukan aktivitas fisik

Latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga bisa mendorong pertumbuhan sel saraf. Dengan begitu, kemampuan sel saraf yang berhubungan dengan memori juga bisa selalu terjaga.

Aktivitas fisik yang bisa dilakukan misalnya jalan santai di pagi hari atau berenang. Yang terpenting adalah selalu aktif bergerak atau juga bisa melakukan hobi yang disenangi misalnya membaca, memelihara tanaman, melukis atau bermain alat musik.

–          Olahraga otak

Seperti otot, otak juga harus selalu dilatih untuk menjaga kemampuannya. Salah satu olahraga otak yang bisa dilakukan antara lain membaca buku, melakukan hal-hal baru dan bermain catur.

Kegiatan sederhana yang juga bisa melatih otak secara menyenangkan antara lain menyusun puzzle, mengisi teka-teki silang atau kuis. Kegiatan tersebut akan membuat otak dalam kondisi aktif.

main catur
Main catur adalah cara efektif melatih otak agar tak kena demensia (Foto: Pixabay)
–          Terapkan pola hidup sehat

Menerapkan pola hidup sehat bisa dimulai dari sekarang untuk mencegah demensia di kemudian hari. Pola hidup sehat misalnya tidak merokok dan minum alkohol, makan makanan bergizi seimbang, mengurangi konsumsi gula dan garam dalam diet.

Semua kebiasaan sehat itu akan menurunkan risiko terkena penyakit jantung, stroke, atau diabetes, yang telah disebutkan sebelumnya adalah salah satu penyebab demensia.

Demensia sebetulnya bisa dicegah dengan menerapkan langkah-langkah diatas dan harus dimulai dari sekarang. Kamu harus ingat bahwa demensia tidak harus disebabkan secara langsung oleh suatu penyakit atau kondisi saat itu juga, tapi bisa juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan atau pola hidup yang salah selama bertahun-tahun sebelumnya.