Berawal dari keresahan pribadi tentang isu lingkungan serta keinginan memiliki bisnis yang sesuai passion sekaligus memberi manfaat, Siti Soraya Cassandra alias Sandra akhirnya membuka Kebun Kumara, ruang hijau sarana belajar masyarakat sekaligus mendekatkan masyarakat kota dengan alam.
Lahir dan besar di kota, membuat Sandra merasakan betul bagaimana dinamisnya kehidupan kaum urban. Semuanya dituntut serba cepat dan sangat berorientasi pada output.
“Dan buat aku, berkebun bisa menyederhanakan hidup, melambatkan tempo, membuat kita lebih ‘bernapas’, lebih merenungkan sebenarnya kita mau ngapain sih,” cerita Sandra kepada Goodlife.
Dengan ritme kehidupan kota yang sangat cepat, Sandra melihat masyarakat menjadi sangat minim berinteraksi dengan alam. Beranjak dari hal itu, Sandra memutuskan untuk membuka Kebun Kumara, sebuah kebun belajar yang menekannya lebih kepada kebun pangan yang bisa dimakan dan dinikmati hasilnya seperti tanaman kangkung, cabai, tanaman bumbu dapur dan obat.
“Saya akhirnya memilih berkebun karena rindu sama alam. Karena di kota, interaksi kita dengan alam sangat terbatas. Supaya mendekatkan diri dengan alam, salah satunya membawa alam itu ke rumah kita, yang bisa kita ajak interaksi secara terus-menerus. Ya salah satunya adalah kebun,” kata Sandra yang kemudian di tahun 2016 menyewa lahan seluas 1.500 m2 di kawasan Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan untuk dikelola menjadi sebuah ekosistem kebun yang sangat asri.
“Tadinya itu adalah lahan yang terabaikan, gak dipakai, bahkan ada yang dijadikan area pembuangan sampah. Jadi kami memang sengaja mengambil lahan yang tidak produktif itu lalu kami revitalisasi jadi lahan produktif,” pungkas Sandra yang sempat mengambil kursus singkat permaculture di Bumi Langit Institute di Yogyakarta selama 2 minggu.
Mengenal Konsep Sustainable Farming
Dikutip dari laman website Bumi Langit Institute, kata ‘permaculture’ berasal dari singkatan permanent agriculture dan permanent culture, artinya kehidupan di atas permukaan planet bumi dengan memastikan bahwa kehidupan tersebut lestari sampai bergenerasi-generasi dalam keseimbangan dengan alam.
“Permaculture adalah tentang konsep sustainable farming dengan berkacamata pada kearifan adat dan budaya. Kita mengikuti bagaimana orang dulu mengolah alam, mendesain ruang hidup agar bisa merawat alam dan juga merawat dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa memenuhi hak alam jadi gak serakah, bisa membagi secara adil antara hak manusia dan hak alam,” tambah Sandra.
Selain belajar dari kursus singkat permaculture tadi, Sandra juga banyak belajar dari proses trial and error di Kebun Kumara. Menurutnya, berkebun memang harus langsung praktik sendiri. Kebun Kumara pun akhirnya memiliki 3 lini bisnis, yaitu edukasi, penjualan bibit dan kompos, serta edible landscaping.
Pada lini bisnis edukasi, Kebun Kumara membuat workshop soal cara berkebun, membuat kompos, dan segala sesuatu yang terkait sustainable lifestyle. “Karena misi besar Kebun Kumara adalah mendekatkan dan membantu orang kota meraih gaya hidup yang lebih lestari,” kata Sandra.
Mereka juga menjual aneka bibit tanaman pangan seperti bibit cabai, terong, kenikir, jeruk, dan bibit aneka pangan lainnya. Serta menyediakan jasa membantu mendesain lahan menjadi kebun pangan.
Rasakan Pengaruh Positif Selama Pandemi
Jika yang lainnya merasakan dampak negatif selama pandemi ini, Sandra mengaku justru merasakan dampak yang sangat positif. Ia dan tim menjadi lebih kreatif untuk membuat workshop secara online dan membuat materi-materi tentang berkebun yang diunggah di YouTube atau media sosial lainnya.
“Jadi selama pandemi, materi kita buat online dan ternyata justru mendapat peserta dari luar Jabodetabek seperti dari Medan, Makassar. Interaksi kita juga jadi lebih seru karena mereka bisa sekalian memperlihatkan kebun-kebun mereka. Materi yang di-share di YouTube dan IG TV juga jadi banyak ditonton oleh semua kalangan. Visi kita untuk mendekatkan orang kota dengan sustainable lifestyle malah jadi tercapai.”
Gak cuma itu, Sandra melihat pandemi dan Virus Covid-19 ini bisa dijadikan contoh nyata agar masyarakat lebih menyadari pentingnya memelihara alam.
Kondisi pandemi ini memberi pesan yang jelas bahwa manusia sudah parah banget memperlakukan alam. Jadi ketika bercerita tentang kondisi alam dan krisis iklim, itu bisa lebih mudah menyampaikannya karena dampaknya sangat nyata, yang sedang kita rasakan saat ini.
Sandra
Oleh karena itu, Sandra mengajak agar kita semakin memperhatikan alam. Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan menanam pohon. Dan yang lebih lagi menanam pohon yang bisa dipanen dan hasilnya bisa digunakan untuk sehari-hari.
Selain bisa mengonsumsi hasil kebun sendiri, pastinya tanpa pestisida yang artinya lebih sehat, kita juga bisa mendapatkan ketenangan ketika berinteraksi dengan alam. “Berkebun bisa menyeimbangkan sisi gadis kota yang ada di dalam diri aku. Jadi lebih mindfull aja, hidup tuh lebih sadar, gak harus kaya robot, gak harus semua serba instan dan cepat,” ucap Sandra sambil menambahkan berkebun bukan berarti harus menghabiskan waktu berjam-jam menanam tanaman di lahan.
“Berkebun itu kan idealnya dilakukan di pagi dan sore hari. Kegiatan berkebun sangat beragam, gak cuma menanam aja, seperti grooming memangkas ranting, menyapu dedaunan, panen, itu juga termasuk gardening. Jadi segala hal interaksi kita di kebun bisa disebut gardening. Gak harus berjam-jam dalam sehari, bisa aja 15 menit tapi tetap ada interaksi dengan alam,” saran Sandra.
Sahabat Goodlife hari ini sudah berinteraksi dengan alam belum? Yuks, berkebun supaya mendapat ketenangan jiwa, sekaligus menjaga kelestarian alam. (Sri Isnaeni)