Teknologi pengemasan makanan sudah berkembang pesat. Beberapa teknologi bahkan mengklaim bila nilai gizi makanan yang diproses tetap terjaga dengan utuh, seperti pada freeze dried food.
Freeze dried food sendiri adalah makanan yang dibuat dengan proses freeze drying atau pengeringan beku, dimana makanan akan dibekukan untuk mempertahankan bentuk aslinya, kemudian melalui proses sublimasi (penguapan es tanpa mencair). Setelah itu produk akan dikemas dengan teknik vakum untuk menjaga kualitas nutrisi tetap terjaga.
“Proses yang panjang, peralatan yang berteknologi tinggi dan teknik penanganan yang berbeda. Inilah yang membuat makanan freeze dry ini tidak begitu banyak dan harganya juga lebih mahal,” terang Christine Diah Pertiwi, Ka. Unit Instalasi Gizi Rumah Sakit St. Carolus Jakarta saat menjelaskan pada Goodlife.
Menurut Christine, teknik freeze dry pada awalnya justru bukan digunakan untuk makanan, namun untuk cadangan plasma darah di masa Perang Dunia II. “Teknik ini digunakan untuk persediaan darah di kondisi darurat jadi bukan diciptakan untuk makanan,” jelas Christine. Meski begitu, dalam perkembangannya, teknik ini terus berkembang dan mulai diterapkan pada makanan.
Penerapan pada makanan juga cenderung digunakan untuk makanan dalam kondisi tertentu, misalnya naik gunung, lintas alam hingga ekspedisi luar angkasa dimana orang tidak mungkin untuk memasak seperti biasa.
Karena diciptakan untuk kondisi darurat, freeze dried food tidak membutuhkan suhu atau tempat tertentu untuk penyimpanannya. Teknik freeze dry juga bisa dilakukan pada banyak jenis makanan dan tidak harus pada jenis tertentu saja.
“Tapi yang harus diperhatikan adalah kualitas makanan sebelum diproses itu harus bagus,” terang Christine.
Freeze dried food bertekstur kering dan ada beberapa yang bisa langsung dimakan dan harus dimasak atau diseduh dengan air panas. “Ada yang isinya hanya nasi saja, nasi dengan lauk hingga kopi, sayur dan buah,” jelas Christine. Cara penyajian biasanya juga tertera pada label pada kemasan yang bersangkutan.
Menjaga Nutrisi Freeze Dried Food
Menurut Kezia Natasha, Spv. Asuhan Gizi Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, kandungan gizi pada freeze dried food tidak banyak berubah dan bahkan lebih konsisten bila dibandingkan dengan frozen food. “Teknik freeze dry juga tidak membuat permukaan makanan menjadi keriput, jadi teknik ini lebih terjamin nutrisinya,” jelas Kezia.
Dari keseluruhan produk, penurunan nilai gizi pada freeze dried food umumnya hanya ditemukan paling banyak 3% dan ini juga terdapat pada produk makanan yang biasanya mengandung vitamin C.
“Dari penelitian yang dilakukan, umumnya bahkan tidak ditemukan perbedaan kandungan nutrisi pada makanan segar dan freeze dried food. Kecuali yang mengandung vitamin C. Namun secara umum, tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan untuk kandungan nutrisi,” terang Christine.
Dibanding frozen food, freeze dried food juga tergolong lebih lama masa kadaluarsanya. Menurut Kezia, untuk frozen food biasanya kadaluarsanya sekitar 3 tahun, sedangkan makanan kaleng hanya 2 tahun. “Freeze dried food bisa mencapai 10 hingga 20 tahun. Tergantung dari bahan makanannya,” jelas Kezia.
Saat ini menurut Christine juga sudah ada alat untuk proses freeze dried food yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun ini memang untuk skala kecil dan bukan skala industri yang lebih besar dan dibuat dengan mesin yang lebih canggih. Jadi, harus diperhatikan ulang untuk masa kadaluarsa produknya. “Ini berguna buat orang yang akan pergi jauh dan ingin menyiapkan bahan makanannya sendiri,” jelas Christine.
Freeze dried food pada dasarnya memang dirancang untuk dikonsumsi pada kondisi darurat dan bukan untuk makanan sehari-hari. Meskipun nutrisinya tetap terjaga, namun menurut Christine, ada baiknya untuk tetap mengutamakan makanan segar. Karena walau diolah dengan teknologi yang tinggi, makanan segar tetap memiliki nutrisi yang lebih baik.