Liburan Edukatif Bernuansa Desa di Kampoeng Wisata Cinangneng

Pandemi telah mengubah banyak cara untuk beraktivitas, termasuk salah satunya adalah cara berwisata. Kini wisata di alam terbuka semakin populer karena dianggap berada di luar ruangan sehingga sirkulasi udara terasa lebih lancar dan lebih sehat.

Salah satu tempat yang menawarkan fasilitas seperti ini adalah Kampoeng Wisata Cinangneng yang berada di daerah Bogor. Tempat ini didirikan dan dikelola oleh Hester Basoeki, seorang pecinta wisata dan mantan pemandu wisata. Awalnya, Kampoeng Wisata Cinangneng hanya sebidang tanah yang kurang bernilai komersial dan cenderung tandus.

“Awalnya dulu di sini tanahnya tandus. Saya tertarik karena ada kali yang mengalir di sini,” terang Hester saat berbincang dengan Goodlife. Membayangkan bersantai bersama keluarga di tempat yang bernuansa pedesaan dan dekat dengan alam adalah keinginan Hester kala itu.

Hester Basoeki bersama para staff Kampoeng Wisata Cinangneng (Foto: Dok, Kampoeng Wisata Cinangneng)

Diminati Turis Asing

Setelah membangunnnya menjadi sebuah rumah peristirahatan, pada 1995, Hester mulai menyewakan kamar di tempat tersebut. “Saat itu yang menginap hanya orang-orang asing klien saya sebagai pemandu wisata,” terangnya.

Meskipun saat itu hanya berupa homestay, namun tamu-tamu yang bermalam mengaku sangat senang, karena selain suasana pedesaan yang ditawarkan, para tamu juga mendapatkan informasi yang detail seputar destinasi wisata di sekitarnya. Tapi yang lebih penting, para tamu asing bisa merasakan menginap dengan suasana asli Indonesia. “Ternyata mereka suka sekali dengan hal seperti ini,” jelas Hester.

Selain itu, karena awalnya adalah wilayah tandus maka Hester bertekad untuk menata tanaman agar tempatnya menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. “Dulu saya sering menginap di hotel-hotel berbintang dan saya melihat ada banyak tanaman yang digunakan mereka. Tapi saya ingin tanaman yang berbeda untuk ditanam di sini,” jelasnya.

Suasana asri di Kampoeng Wisata Cinangneng yang dulunya lahan tandus (Foto: Dok. Kampoeng Wisata Cinangeng)

Ketertarikan Hester pada tanaman juga membuatnya kerap diundang oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai dosen tamu untuk mahasiswa yang akan menjalani PKL (Pelatihan Kerja Lapangan) dan saat ini menjalin beberapa kerjasama dengan IPB, terutama untuk mahasiswa yang akan membuat skripsi.

Keuletan Hester menata homestay-nya ternyata juga tersebar luas hingga pada 1998 Marzuki Usman, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi saat itu tertarik dan datang berkunjung ke tempatnya. Saat itulah Hester mengusulkan konsep kampung wisata untuk homestay-nya.

Usulan ini kemudian disambut baik dan pada tahun 2000 homestay-nya berubah nama menjadi Kampoeng Wisata Cinangneng.

Aktivitas Menarik di Kampoeng Wisata Cinangneng

Berganti nama diikuti juga dengan konsep yang lebih inovatif. Dengan mencetuskan konsep “kampung wisata”, Hester ingin agar wisatawan, khususnya para orang tua yang punya anak tertarik untuk memperkenalkan suasana dan aktivitas pedesaan pada anak-anaknya sebagai pilihan berlibur.

“Yang datang ke sini umumnya yang suka dengan alam, keluarga dan rombongan sekolah,” kata Hester. Menurutnya, cukup banyak para orang tua yang ingin memperkenalkan anak-anaknya dengan kehidupan pedesaan karena dulunya mereka juga berasal dari desa.

Itu sebabnya ia membuat aktivitas yang menarik sebagai bagian dari kunjungan tamu, seperti belajar gamelan, melukis pada caping, bermain angklung, belajar tari tradisional, menanam padi di sawah hingga memandikan kerbau di sungai.

Memandikan kerbau menjadi atraksi wajib di Kampoeng Wisata Cinangneng (Foto: Dok. Kampoeng Wisata Cinangeng)

“Aktivitas memandikan kerbau itu sudah ada sejak awal dan itu yang paling dicari oleh para tamu,” terang Hester. “Memandikannya ini langsung di kali, jadi bukan disiram di kandang,” lanjutnya.

Menariknya lagi, pengunjung juga bisa melakukan sesi foto dengan menggunakan baju desa yang sudah disediakan. 

Para tamu juga bisa berfoto menggunakan baju desa (Foto: Dok. Kampoeng Wisata Cinangneng)

Hester juga menaruh perhatian yang sangat tinggi pada soal kebersihan terutama di toilet. “Banyak tempat wisata yang bagus tapi sayang toiletnya tidak terawat,” keluhnya. 

Menurutnya, kebersihan adalah hal penting dalam industri pariwisata. “Kami memang tidak merancang konsep sebagai tempat yang bagus untuk foto selfie, tapi kami mengutamakan kebersihan,” tegas Hester. “Ini supaya tamu mau datang lagi,” tambahnya.

Kebersihan jadi hal paling utama di Kampoeng Wisata Cinangneng (Foto: Dok. Kamoeng Wisata Cinangneng)

Melewati Masa Pandemi

Saat resmi dibuka dengan nama Kampoeng Wisata Cinangneng pada tahun 2000, tempat ini sudah berhasil mendatangkan sekitar 600 pengunjung dalam waktu setahun. Angka kunjungan ini terus beranjak naik hingga pada 2019 berhasil mencatat sekitar 59.000 tamu per tahun. 

Saat pandemi tahun 2020, jumlah kunjungan di Kampoeng Wisata Cinangneng menurun. Namun momen ini justru digunakan untuk melakukan hal lain, seperti membersihkan semua area yang ada di penginapan dan belajar meramu menu baru, yaitu teh dari daun kelor.

Pada 2021, Hester berinisiatif membuat paket menginap New Normal sebagai bentuk adaptasi dari paket liburan di masa pandemi. “Paket ini sudah dirancang sesuai dengan protokol kesehatan, seperti tidak ada kerumunan, aktivitas di tempat outdoor dan selalu menjaga jarak,” terang Hester.

Paket New Normal juga ditawarkan dengan harga lebih terjangkau dan meskipun tidak ada aktivitas seperti belajar angklung, belajar tari, dan melukis di caping, beberapa aktivitas seperti memandikan kerbau, menanam padi di sawah dan sesi foto tetap dipertahankan.

Aktivitas membuat wayang dari daun (Foto: Dok. Kampoeng Wisata Cinangneng)

Di 2022, Kampoeng Wisata Cinangneng tidak lagi menawarkan paket New Normal dan menyiapkan paket Pulang Kampung dengan harga Rp 145.000 per orang dan paket Aku Berasal dari Desa dengan harga Rp 125.000 per orang yang keduanya sudah termasuk dengan makan siang, sesi memandikan kerbau dan menanam padi di sawah. Bedanya, pada paket Pulang Kampung tidak ada sesi foto.

Selain itu, Hester juga sedang menyiapkan menu makanan baru di 2022, yaitu ikan nila yang juga sedang dikembangkan di Kampoeng Wisata Cinangneng. “Kami sekarang pelihara juga ikan nila dan sudah saya coba sebagai salah satu menu makanan,” terang Hester. “Ini juga bisa jadi wisata edukasi nantinya,” tambahnya.

“Semua paket wisata yang ditawarkan sekarang juga konsepnya outdoor. Jadi ini cocok untuk masa sekarang yang masih belum pulih dari pandemi,” terang Hester.

Kampoeng Wisata Cinangneng menawarkan pengalaman berbeda yang bisa kamu jadikan pilihan untuk liburan bersama keluarga. Selain aktivitas yang menarik dan suasana pedesaan yang unik, tempat ini juga memastikan aktivitasnya dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan sehingga kamu merasa nyaman saat liburan di sini. Untuk informasi lebih lanjut kamu juga bisa mengakses akun Instagram @kampoengwisatacinangneng.