Mirip dengan Covid-19, Yuk Kenali Gejala DBD

Pandemi Covid-19 belum berakhir, namun wabah lain juga merebak. Betul, di saat musim hujan, biasanya wabah penyakit yang cukup sering terjadi adalah DBD (Demam Berdarah Dengue). Bahayanya, kedua penyakit ini juga menunjukkan gejala yang mirip dan sama-sama berbahaya.

DBD dan Covid-19 sama-sama disebabkan oleh virus dan dengan cara penularan yang juga cukup mudah. Itu sebabnya di musim hujan yang biasanya juga merebaknya wabah DBD, Sahabat Goodlife perlu ekstra hati-hati dalam menjaga diri.

Mengenal DBD

Disebut dengan DBD adalah karena penyakit yang dulunya dikenal dengan nama demam berdarah ini disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penularannya sendiri dilakukan melalui gigitan nyamuk, baik nyamuk Aedes aegypti sendiri maupun nyamuk perantara. Artinya, kalau seseorang sudah terinfeksi virus DBD dan ia digigit oleh nyamuk biasa, maka nyamuk ini akan menjadi pembawa virus dan bisa menularkan virusnya saat menggigit orang lain lagi.

Lalu, kalau sudah pernah terkena DBD apakah tubuh jadi kebal? Perlu diketahui kalau virus Dengue ini juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu DEN1, DEN2, DEN3 dan DEN4. Penelitian membuktikan kalau seseorang pernah terinfeksi salah satu jenis virus Dengue tersebut maka tubuhnya akan membentuk kekebalan, namun bukan berarti ia juga kebal terhadap jenis virus yang lain. Jadi, kalau seseorang pernah terinfeksi DBD dengan virus DEN1, ia tetap berisiko terkena lagi dengan jenis virus yang berbeda, yaitu DEN2, DEN3 atau DEN4.

Kalau gak ditangani segera, DBD bisa mengakibatkan kerusakan pada sejumlah organ tubuh, seperti hati, paru dan jantung. Kerusakan ini bisa mengakibatkan tekanan darah yang turun drastis dan bisa berujung pada kematian.

Gejala DBD yang Perlu Diwaspadai

Secara umum, gejala DBD yang paling bisa dirasakan adalah demam tinggi secara mendadak dan biasanya mencapai 39 derajat Celcius. Fase demam ini biasanya berlangsung sekitar 2 hingga 7 hari sebelum turun dan diikuti gejala lain, seperti: sakit kepala, lemas, menggigil, nyeri otot dan tulang, warna kemerahan di kulit, mual hingga muntah serta susah menelan makanan dan minuman.

Satu hal yang banyak orang salah paham adalah fase kritis selama 2 hingga 3 hari, dimana pasien akan merasakan demam turun dengan tiba-tiba diikuti dengan tubuh yang terasa dingin. Banyak yang mengira ini adalah kondisi yang sedang membaik, padahal justru ini adalah fase kritis, dimana bisa terjadi risiko syok yang bisa mengancam jiwa.

Gejala Mirip dengan Covid-19

Karena sama-sama disebabkan oleh virus, DBD dan Covid-19 cenderung menunjukkan gejala awal yang mirip, yaitu seperti demam, nyeri otot dan lemas. Namun, Covid-19 biasanya diikuti dengan batuk dan sesak nafas yang cukup mengganggu. Ini umumnya gak terjadi dengan pasien gejala DBD atau hanya terjadi dalam kondisi yang ringan, bukan batuk yang parah.

Satu hal yang perlu dijadikan acuan untuk memastikan gejala DBD adalah timbulnya bercak kemerahan pada kulit dan gejala pendarahan (mimisan dan gusi berdarah). Tapi sebaiknya bila demam tak kunjung membaik selama 2 hari, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat ya, Sahabat Goodlife!

Mencegah DBD, Caranya?

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah DBD dan sebetulnya juga gak sulit untuk dilakukan, yaitu dengan:

Program 3M

Ini adalah program rancangan pemerintah yang cukup mudah dilakukan, yaitu: Membersihkan penampungan air, Menutup wadah air dan Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

Konsumsi vitamin C

Hal sederhana lainnya yang mudah dilakukan adalah dengan menjaga imun tubuh, yaitu dengan rajin mengkonsumsi vitamin C. Ini bisa didapat dari menyantap sayur dan buah-buahan yang kaya vitamin C, seperti jeruk, jambu biji, brokoli, stroberi dan bayam.

Menyalakan kipas angin atau AC

Penelitian membuktikan bahwa aliran udara kipas angin dan AC bisa mencegah serangan nyamuk pada tubuh. Nyamuk Aedes aegypti diketahui bisa mendeteksi aroma tubuh dan aliran udara AC atau kipas angin juga bisa membuat aroma tubuh menyebar sehingga membuat nyamuk kebingungan mencari sumber aroma tersebut.

Pakai obat nyamuk

Meskipun obat nyamuk banyak tersedia di pasaran, tapi pastikan juga untuk gunakan obat nyamuk yang mengandung bahan kimia yang cukup aman untuk kesehatan, seperti DEET dan picaridin. Atau bisa menggunakan minyak kayu putih, dan minyak esensial yang mengandung lavender, lemon atau serai.

Nah, untuk tahu lebih jelas tentang perbedaan gejala DBD dan Covid-19, Sahabat Goodlife bisa ikutan sesi IG Live Talk Goodlife yang kali ini membahas “Kenali Perbedaan DBD dan Gejala Covid-19” dengan narasumber dr. Galuh Chandra Kirana Sugianto, SpPD, Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit St. Carolus Jakarta. Catat tanggalnya, ya: Rabu, 16 Februari 2021 pukul 14:00 – 15:00 di akun Instagram @_goodlifeid_ dan @rscarolusjkt atau di Youtube Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

Tetap sehat ya, Sahabat Goodlife!