Osteoporosis, Penyakit Tulang yang Menyerang Tanpa Gejala

osteoporosis

Banyak orang tak menyadari bahwa salah satu penyakit yang mudah menyerang secara tiba-tiba adalah osteoporosis atau berkurangnya kepadatan massa tulang sehingga berakibat tulang jadi keropos. Tak hanya identik untuk lansia dan wanita, osteoporosis ternyata juga rentan menyerang siapa saja.

Sayangnya, masih banyak yang belum mengerti tentang risiko osteoporosis sehingga banyak orang menganggap penyakit ini tidak perlu mendapat perhatian yang lebih.

Itu sebabnya Goodlife bersama Rumah Sakit St. Carolus Jakarta pada 25 Oktober 2021 lalu mengadakan sesi Health Talk dengan topik “Mitos dan Fakta Osteoporosis” dengan narasumber dr Cindy M.Biomed, SpPD dari RS St. Carolus serta dr. Faisal Parlindungan, M.Ked (PD), SpPD – KR dari Indonesian Rheumatology Association (IRA).

Menurut dr. Cindy, banyak orang keliru antara osteoporosis dengan osteoarthritis (peradangan sendi). “Osteoporosis ini penyakit sistemik, artinya dia menyerang di seluruh bagian tulang. Kalau osteoarthritis itu hanya pada sendi saja,” terang dr. Cindy membuka perbincangan.

Peradangan sendi atau osteoarthritis sering keliru dianggap sebagai osteoporosis. (Foto: Pexels)

Sementara menurut dr. Faisal, banyak hal yang bisa menyebabkan orang berisiko terkena osteoporosis, seperti kecukupan kalsium dalam konsumsi makanan sehari-hari, gaya hidup yang malas bergerak, penyakit lain yang bisa mengganggu metabolisme tulang serta mengurangi kepadatannya, dan konsumsi obat-obatan tertentu seperti obat anti kejang (epilepsi) dalam jangka waktu lama atau lebih dari 3 bulan.

Menyoroti gaya hidup, dr Faisal menjelaskan, “Tulang itu tumbuh kalau ada aktivitas. Kalau jarang beraktivitas maka akan terjadi risiko hilangnya kepadatan tulang lebih cepat.” Selain itu menurut dr. Faisal, gaya hidup yang membuat orang mengkonsumsi terlalu banyak kafein juga bisa berisiko mengurangi kepadatan massa tulang. 

Tidak Ada Gejalanya

Berbeda dengan penyakit lainnya, osteoporosis adalah penyakit yang tidak bisa dirasakan gejalanya. “Osteoporosis ini adalah silent disease, artinya dia tidak ada gejalanya jadi kita biasanya tidak tahu,” terang dr. Faisal.

Osteoporosis biasanya baru ketahuan saat pasien mengalami patah tulang akibat hal yang secara normal sebetulnya tidak menimbulkan risiko patah tulang. Contohnya adalah tersandung kemudian jatuh dan terjadi patah tulang. “Ini kalau kondisi tulangnya normal seharusnya tidak sampai patah. Disinilah baru ketahuan kalau ternyata kita kena osteoporosis,” jelas dr. Cindy.

Patah tulang karena kondisi osteoporosis dinamakan dengan fragility fracture yang artinya kondisi tulang sudah rapuh karena kepadatannya berkurang. Dan perlu diingat juga bahwa dalam kondisi ini yang dimaksud dengan patah tulang bukan hanya patah saja, namun keretakan pada tulang juga bisa disebut mengalami patah tulang.

Untuk itu dr. Cindy juga menjelaskan kalau meskipun osteoporosis tidak bergejala tapi untuk mengetahui kondisi kesehatan tulang sebetulnya lebih ditekankan pada tindakan screening atau pengecekan BMD (Bone Mineral Densitometry). Dalam pengecekan ini kondisi pasien akan dilihat dari berbagai faktor, seperti riwayat kesehatan, dan faktor risiko lainnya seperti gaya hidup dan lain-lain. “Dari pengecekan ini kami bisa prediksi atau hitung risiko patah tulangnya 10 tahun ke depan,” terang dr. Cindy.

Lalu, kapan sebaiknya mulai memeriksakan diri untuk mengetahui kondisi kesehatan tulang? Menurut dr. Faisal, untuk wanita disarankan mulai usia 65 tahun dan untuk laki-laki mulai usia 70 tahun. Namun dr. Faisal juga menyarankan agar untuk wanita yang sudah mengalami menopause sebaiknya langsung memeriksakan diri juga meskipun belum memasuki usia 65 tahun. “Tes ini bisa diulang setiap 2 atau 3 tahun,” tambah dr. Cindy.

Osteoporosis tidak bergejala namun baru ketahuan setelah pasien menderita patah tulang. (Foto: Pexels)

Mitos dan Fakta Seputar Osteoporosis

Karena sering disalahpahami, osteoporosis kadang menimbulkan banyak anggapan yang keliru. Beberapa diantaranya memang ternyata mitos, tapi ada juga yang memang benar seperti beberapa hal berikut ini:

Harus jalan kaki 10.000 langkah per hari untuk hindari osteoporosis

Menurut dr. Faisal, berjalan kaki memang bagus untuk membantu kekuatan otot dan kesehatan jantung, namun tidak punya dampak yang tinggi pada kekuatan tulang. “Justru kalau usia semakin tua sebaiknya lakukan olahraga yang intinya tidak memiliki risiko untuk sering jatuh,” terang dr. Faisal. Jadi, anggapan ini sebetulnya adalah mitos karena terbukti tidak memberikan pengaruh besar pada kekuatan tulang.

Usia 45 tahun adalah usia rentan terkena osteoporosis

Hal ini adalah mitos, karena yang perlu dipahami terlebih dahulu menurut dr. Cindy adalah masa puncak kepadatan tulang adalah pada usia 30-an tahun. Semakin usia menjauhi angka 30, tentunya kepadatan tulang juga cenderung akan berkurang. 

Tapi perlu diingat juga bahwa kondisi kepadatan tulang juga bergantung pada “tabungan” di masa lalu. “Artinya, apa yang kita lakukan di usia muda bisa berpengaruh untuk kepadatan tulang di masa tua,” terang dr. Cindy. Misalnya, seperti asupan makanan yang sering rendah kalsium. “Ini yang sebabkan pada usia 45 tahun kondisi kesehatan tulang orang bisa saja beda-beda. Mungkin sudah ada yang kena osteoporosis, tapi banyak juga yang masih sehat,” tambahnya.

Osteoporosis lebih banyak menyerang wanita dan ibu hamil

Hal ini bisa dibenarkan atau fakta mengingat wanita akan mengalami kekurangan hormon estrogen saat mengalami masa menopause. Dan hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam menjaga kepadatan tulang. 

Namun untuk kondisi ibu hamil, dr. Cindy mengingatkan tentang salah paham yang sering terjadi. “Kebutuhan kalsium ibu hamil dan menyusui itu sangat tinggi, sehingga kalau tidak tercukupi maka persediaan kalsium dalam tubuh akan digunakan. Persediaan ini sebetulnya untuk digunakan pada masa tua,” terangnya. 

“Jadi bukan ibu hamil rentan terserang osteoporosis, tapi ibu hamil yang kekurangan kalsium pada masa kehamilan akan lebih mudah terkena osteoporosis di masa tuanya karena cadangan kalsiumnya sudah terpakai,” tambahnya. 

Ibu hamil rentan kehilangan cadangan kalsium karena kebutuhan kalsiumnya memang besar. (Foto: Xframe)

Makan sirip ikan gurame goreng bisa cegah osteoporosis

Anggapan ini adalah mitos karena sirip ikan gurame dianggap mengandung kalsium dan memang kalsium berperan besar dalam menjaga kekuatan dan pertumbuhan tulang, namun kalsium bisa ditemukan pada banyak makanan, tidak sebatas pada sirip ikan saja. “Justru daging ikan dan susu adalah salah satu sumber asupan kalsium yang tinggi,” terang dr. Faisal.

Lutut sering berbunyi dan terasa kaku adalah gejala osteoporosis

Menurut dr. Faisal hal ini adalah mitos karena osteoporosis sama sekali tidak memiliki gejala. “Bisa jadi ini adalah radang sendi, memang ini sering keliru,” terang dr. Faisal. “Faktor lain seperti kegemukan juga bisa menimbulkan sakit pada lutut karena beban yang berat,” tambahnya.

Osteoporosis pada dasarnya bisa menyerang di usia berapa saja. Untuk menjaga diri agar tak terkena penyakit ini, kamu bisa melakukan beberapa tindakan pencegahan, seperti misalnya dengan olahraga jogging, lompat tali, basket dan bola voli. Tak perlu terlalu berat, kamu cukup melakukannya dengan intensitas sedang, yaitu 3 kali dalam seminggu dengan durasi 30 hingga 60 menit.

Kamu juga bisa konsumsi makanan dan minuman yang mengandung nutrisi untuk tulang seperti susu yang mengandung kalsium untuk pertumbuhan tulang, sayuran hijau yang mengandung vitamin C sebagai zat pembentuk tulang atau tahu yang banyak mengandung fosfor untuk mencegah pengeroposan tulang.

Nah, kalau kamu mau tahu lebih banyak tentang osteoporosis, Kamu bisa menyaksikan sesi Health Talk ini secara lengkap di IGTV Instagram @_goodlifeid_.