Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya obesitas atau kondisi penimbunan lemak dalam tubuh. Salah satunya adalah dengan menjaga pola makan dengan gizi seimbang. Tapi seberapa efektif sebetulnya cara ini dan apa saja yang harus diperhatikan untuk konsumsi pola makan gizi seimbang?
Bersama dengan Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, Goodlife mengadakan sesi bincang sehat Health Talk dengan topik “Gizi Seimbang untuk Cegah Obesitas” pada 14 Januari 2022 dengan narasumber dr. Yohannessa Wulandari, M. Gizi, SpOK.
Memahami Ancaman Obesitas
Menurut dr. Nessa, obesitas disebabkan oleh kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak sebanding dengan kalori yang keluar sebagai energi. Kelebihan kalori inilah yang kemudian disimpan sebagai lemak oleh tubuh dan lama-lama akan terjadi kondisi penumpukan lemak.
Salah satu pemicu obesitas yang paling besar adalah makanan yang mengandung kalori dan gula yang tinggi. “Kalau ini kebanyakan asupannya dan aktivitasnya tidak sebanding, maka di dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak,” jelasnya.
Bahayanya, banyak yang mengira kalau kalori yang tinggi hanya terdapat makanan utama. Padahal cemilan yang berkalori tinggi juga cukup banyak ditemui. “Misalnya kue nastar dan kastengel, ini kalorinya tinggi bahkan ngemil kue-kue ini beberapa biji saja kalorinya bisa jadi lebih tinggi dari seporsi makanan utama,” terang dr. Nessa pada Goodlife.
Siapa saja yang rentan terkena obesitas? Menurut dr. Nessa obesitas sebetulnya bisa menyerang siapa saja dan di usia berapa saja. “Di Indonesia dari data 2018 sudah hampir 22% orang terkena obesitas dan kebanyakan mulai kena di usia dewasa muda, yaitu 18 tahun keatas,” jelasnya.
Meskipun begitu sebetulnya obesitas sudah bisa menyerang pada bayi. Itu sebabnya bayi harus dikontrol kondisi badannya sebanyak satu kali dalam sebulan. Sementara mulai usia 1 tahun dianjurkan sekali dalam 3 bulan. “Ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas,” terang dr. Nessa.
Yang menjadi indikator saat terkena obesitas sebetulnya harus dilihat dari hasil pengukuran indeks massa tubuh. “Ada klasifikasi dari WHO yang bisa menentukan apakah orang kena obesitas atau belum,” terang dr. Nessa. Namun begitu indeks massa tubuh harus dilanjutkan dengan memeriksa komposisi tubuh. “Dari pemeriksaan ini akan lebih jelas apakah massa lemak dan massa otot kita masih normal atau tidak, tambahnya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan gizi seimbang untuk mencegah obesitas? Menurut dr. Nessa pola makan gizi seimbang disebut juga dengan health balance diet dan maksudnya adalah dalam setiap porsi makan terdapat nutrisi yang dibutuhkan, seperti karbohidrat, protein. lemak, serat, vitamin dan mineral. Selain itu nutrisi yang masuk juga harus diimbangi dengan aktivitas yang sepadan untuk menghindari menumpuknya lemak dalam tubuh.
Yang Perlu Diketahui dalam Mencegah Obesitas
Apa saja risiko penyakit yang dipicu obesitas?
Penyakit yang ditimbulkan cukup banyak, karena lemak yang terbentuk bisa menyumbat pembuluh darah. Bila penyumbatan terjadi pada aliran darah ke jantung maka akan terjadi serangan jantung koroner, dan bila terjadi penyumbatan di aliran darah ke otak juga bisa memicu stroke.
Selain itu obesitas juga berisiko terkena radang sendi karena bagian sendi harus menopang berat badan yang berlebih. “Diabetes dan hipertensi juga bisa dipicu oleh obesitas. Bahkan kini penelitian membuktikan bahwa obesitas juga bisa memicu jenis kanker tertentu,” terang dr. Nessa. Lebih bahayanya, di masa pandemi seperti sekarang, infeksi Covid-19 umumnya akan menyebabkan gejala yang lebih berat pada penderita obesitas.
Bayi yang terkena obesitas, apakah harus berhenti minum susu?
Obesitas pada bayi dan anak tidak bisa disamakan dengan obesitas pada orang dewasa dalam hal perawatannya. Menurut dr. Nessa, bayi dan anak masih sangat memerlukan asupan lemak dan lain-lain karena sedang dalam masa pertumbuhan dan berkembang. Itu sebabnya obesitas pada bayi dan anak harus dilakukan pemeriksaan berbeda karena harus dilihat dulu penyebab obesitas.
“Biasanya pada bayi dan balita kita tekankan pada aktivitasnya, jadi tidak fokus pada mengurangi makanan atau susunya,” jelas dr. Nessa.
Penderita obesitas yang sudah rajin olahraga lalu berhenti, kenapa berat badannya jadi naik drastis? Padahal pola makan tetap dijaga
Perlu diketahui bahwa menjaga pola makan itu hanya salah satu faktor saja dalam mengatasi dan mencegah obesitas. Pada prinsipnya, menangani obesitas memerlukan 2 hal penting, yaitu aktivitas fisik dan pola makan yang sehat. Jadi keduanya harus dijalankan bersama dan bila berat badan sudah mencapai normal bukan berarti salah satunya bisa ditinggalkan begitu saja.
“Olahraga tidak bisa ditinggalkan meskipun berat badan ideal sudah tercapai. Dapat dengan cara mengurangi frekuensi dan durasi olahraga.” kata dr. Nessa. “Kalau waktu obesitas seminggu bisa 5 kali olahraga, begitu berat badan ideal tercapai dapat dikurangi menjadi 3 kali seminggu. Jadi, bukan menghilangkan olahraganya,” tambahnya.
Apakah bayi yang lahir dengan badan yang besar termasuk obesitas?
Tidak selalu obesitas, karena umumnya bayi yang lahir dengan ukuran tubuh besar adalah karena ibunya menderita diabetes. “Ini harus dilakukan pemeriksaan dulu untuk bisa melakukan perawatan tertentu,” jelas dr. Nessa.
Apakah sedot lemak aman untuk penderita obesitas?
Bisa saja dan aman dilakukan namun ini untuk indikasi-indikasi tertentu dan hanya di bagian tertentu saja pada tubuh. Secara umum harus konsultasi secara intensif dulu dengan dokter terkait termasuk dokter bedah plastik. “Kasus obesitas tiap orang pasti kondisinya berbeda. Jadi tidak bisa asal sedot lemak saja,” tegas dr. Nessa.
Apakah obat pelangsing aman untuk atasi atau cegah obesitas?
Obat pelangsing yang ada di pasaran sebaiknya digunakan dengan hati-hati terkait dengan kandungannya. “Kadang ada kandungan yang tidak tertulis pada kemasannya dan ada efek samping yang berbahaya,” terang dr. Nessa. Untuk hal ini dr. Nessa juga menyarankan baik itu obat pelangsing herbal maupun non-herbal sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter.
Apakah vegetarian efektif cegah obesitas?
Ini tergantung dari seperti apa pola makannya. “Kalau vegetarian tapi porsi makannya berlebih juga bisa berakibat kalori yang masuk berlebihan dan memicu obesitas juga,” terang dr. Nessa.
Pola makan vegetarian sebetulnya tidak ada masalah, namun harus diketahui bahwa ada nutrisi yang hanya bisa didapat dari makanan hewani, seperti vitamin B12. “Ini cuma ada di hewani dan tidak ada di nabati. Kalau tetap tidak mau konsumsi makanan hewani, nutrisi ini bisa didapat dari suplemen supaya gizinya seimbang,” terang dr. Nessa.
Penasaran dengan informasi lengkap terkait topik ini, kamu bisa menyimaknya di akun Instagram @_goodlifeid_.