Cluttercore, Desain Rumah yang Lagi Tren Tapi Justru Memicu Banyak Masalah

rumah desain

Akhir-akhir ini cluttercore menjadi tren dan semangat baru dalam dunia desain rumah. Berbeda dengan konsep minimalis yang sederhana, cluttercore adalah kebalikannya atau maksimalis.

Tren desain rumah yang tadinya merujuk pada konsep minimalis kini kembali bergeser ke arah sebaliknya. Tren ini dikenal dengan nama cluttercore yang juga semakin populer di media sosial. Cluttercore adalah desain yang mengakomodir kekacauan barang-barang di rumah dan menata sebanyak-banyaknya barang yang ada.

Namanya sendiri diambil dari kata dasar “clutter” yang artinya kacau-balau atau berantakan. Sederhananya, cluttercore adalah gaya maksimalis. Konsep ini juga diketahui mulai berkembang akibat adanya pandemi, dimana saat orang-orang diharuskan berada di dalam rumah dan mungkin kehilangan keluarga tercinta, barang-barang yang ada bisa menimbulkan rasa nyaman karena ada unsur kenangan yang melekat padanya.

Cluttercore justru kebalikan dari minimalis (Foto: Pexels)

Konsep ini diklaim sebagai cara yang sentimental untuk berekspresi dan mendorong pemilik rumah untuk lebih banyak menemukan barang-barang yang menimbulkan kebahagiaan. Dalam desain cluttercore, kamu akan menemukan ruangan yang dipenuhi oleh tanaman, buku, piringan hitam, kursi, hiasan dinding, alat musik hingga dekorasi yang unik.

Gaya desain ini mulai banyak disukai oleh Gen Z sebagai bentuk berekspresi yang lebih bebas. Sementara generasi yang lebih senior juga mulai ada yang menyukai gaya ini karena hal yang lain, seperti misalnya merasa lebih nyaman dengan barang peninggalan orang tersayang yang sudah tidak ada.

Cluttercore juga dianggap sebagai salah satu cara untuk menimbulkan kebahagiaan, karena konsep ini mempertahankan barang-barang yang dianggap bisa menimbulkan rasa bahagia untuk kemudian ditata dengan rapih.

Cluttercore mulai populer saat pandemi akibat dampak dari peraturan pembatasan dan memaksa orang berada di rumah sepanjang waktu. Perubahan kondisi ini membuat orang menjadi mulai mencari sesuatu yang bisa menghibur dan yang paling mudah adalah dengan mencari benda-benda yang dianggap menyenangkan.

Pemicu Berbagai Masalah

Tapi, apakah memang demikian? Cluttercore mengadopsi konsep yang menegaskan untuk menemukan dan mempertahankan barang yang membuat kita bahagia sebanyak-banyaknya untuk ditata kembali. Menarik, tapi tetap saja ruangan akan penuh sesak dengan barang.

Cluttercore bisa menimbulkan banyak masalah (Foto: Pexels)

Sebetulnya, rasa nyaman dan bahagia bisa didapat dari banyak hal. Bila perasaan ini diperkuat melalui kepemilikan barang, tidakkah ini akan memicu sifat posesif dan materialistis? Dimana kebahagian hanya terjadi saat kamu merasa punya suatu barang dan menganggap barang adalah sumber kebahagiaan.

Posesif adalah sebuah kondisi dimana kamu merasa memiliki sesuatu dan akan melakukan apa saja agar tidak kehilangan sesuatu tersebut. Sederhananya, ini adalah sifat ingin memiliki sesuatu yang berlebihan.

Sedangkan materialistis menganggap bahwa benda-benda miliknya adalah sebagai sumber kehidupan dan kebahagiaan. Mirip dengan apa yang dilakukan oleh para penganut cluttercore.

Konsep ini juga mendorong orang menemukan barang sebanyak-banyaknya untuk merasa bahagia. Pertanyaannya, benarkah dengan cara seperti itu lalu kamu merasa lebih bernilai, lebih baik dan lebih bahagia dan bukanya malah merasa sumpek karena kebanyakan barang?

Penelitian medis membuktikan bahwa terlalu banyak barang dalam satu ruangan akan membuat kamu merasa susah fokus, buruk buat kesehatan mental dan pada akhirnya justru memicu stres. 

Selain itu, terlebih di Indonesia yang kondisi udaranya tidak bagus dan banyak debu, penumpukan barang juga bisa memicu semakin banyaknya penumpukan debu. Makin banyak barang, makin banyak tempat debu menempel. Apakah kamu yakin mampu membersihkan semuanya setiap hari?

Menyimpan barang tertentu memang tidak salah, apalagi kalau barang tersebut memang bernilai dan punya manfaat yang besar. Kamu bisa menyimpan foto keluarga, beberapa barang dekorasi atau lukisan favorit untuk menciptakan kenyamanan dan estetika dalam dekorasi.

Namun kalau jumlahnya berlebihan, percayalah bahwa kebahagiaan tidak pernah ditemukan dalam barang dan pada akhirnya justru bisa mengarah pada banyak masalah seperti gangguan mental hoarding disorder, stres dan lain-lain.