Ini Bahayanya Kalau Terlalu Banyak Minum Suplemen

Mengkonsumsi suplemen berupa vitamin banyak dilakukan terutama di masa pandemi seperti sekarang. Dengan dalih untuk memperkuat imun dan menjaga kesehatan, konsumsi suplemen tanpa pengawasan dan memperhatikan aturan ternyata justru berbahaya bagi tubuh dan bahkan berisiko mendatangkan penyakit yang lebih parah.

Suplemen pada dasarnya adalah pelengkap dari asupan nutrisi yang ada pada makanan. Mengkonsumsi suplemen dalam masa pandemi ini menjadi tren karena beberapa suplemen memang diketahui mengandung antioksidan, terutama seperti vitamin C, vitamin D dan zinc.

“Mekanisme dari Covid-19 itu adalah reaksi dari peradangan yang mengaktifkan banyak zat sitokin,” terang dr. Galuh Chandra Kirana Sugianto, SpPD, Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit St. Carolus Jakarta saat berbincang dengan Goodlife.

dr. Galuh Chandra Kirana Sugianto, SpPD (Foto: Dok. Rumah Sakit St. Carolus Jakarta)

Sitokin sendiri adalah salah satu protein yang ada dalam sistem kekebalan tubuh. Dalam kondisi normal, sitokin memang membantu melawan virus dan bakteri. Namun kalau produksinya terlalu banyak justru menyebabkan kerusakan dalam tubuh. Kondisi inilah yang kemudian disebut dengan badai sitokin.

“Suplemen yang diberikan pada pasien Covid-19 itu membantu untuk meredakan badai sitokin. Itu sebabnya pada pasien Covid-19 dosis vitaminnya juga lebih banyak,” terang dr. Galuh.

Kapan Harus Konsumsi Suplemen?

Mengkonsumsi suplemen ternyata tak bisa sebebas yang selama ini banyak dilakukan orang. Pada kondisi orang sehat atau jauh dari risiko terkena Covid-19 (contoh: orang yang melakukan WFH setiap hari), sebetulnya tidak wajib mengkonsumsi suplemen. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, biasanya kebutuhan suplemen yang utama adalah vitamin C, vitamin D dan zinc.

Lalu, bagi orang yang fisiknya sehat, apakah ada indikator untuk sebaiknya konsumsi suplemen? Indikator bagi orang sehat untuk mengkonsumsi suplemen bisa dilihat dari kadar vitamin dalam darah. “Kalau ternyata kadar vitamin tertentu kurang dari normal maka bisa diberikan suplemen sesuai kebutuhannya,” jelas dr. Galuh.

Indikator lain juga bisa dilihat dari aktivitas harian yang sangat tinggi dalam kondisi tertentu, sehingga stress pada tubuh meningkat dan menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

Aktivitas tinggi bisa membuat turunnya daya tahan. Kondisi ini bisa membutuhkan suplemen. (Foto: Xframe)

Terlalu Banyak Vitamin C Bisa Rusak Ginjal

“Beberapa vitamin kebutuhannya kecil untuk tubuh, jadi bisa didapatkan dari makanan, seperti dari sayur dan buah,” terang dr. Galuh.

“Misalnya vitamin C, angka kebutuhannya hanya 75 hingga 100 miligram sehari. Ini bisa dicukupi dari makan sayur dan buah,” jelasnya. Berbeda dengan pasien Covid-19 yang kondisinya berbeda dengan adanya peradangan, maka dosis vitamin C bisa diberikan lebih tinggi.

Bagaimana bila mengkonsumsi suplemen terus-menerus tanpa adanya pengawasan dan mengetahui aturannya? Menurut dr. Galuh, bila terjadi misalnya dengan konsumsi vitamin C maka akan berisiko merusak ginjal. 

“Minum vitamin C terus-menerus tanpa diikuti dengan minum air putih yang banyak bisa merusak ginjal, seperti adanya batu ginjal. Karena dalam jangka panjang, vitamin C ini mengendap di ginjal,” kata dr. Galuh.

“Konsumsi vitamin C secara rutin dalam jangka waktu lama tanpa pengawasan dokter juga bisa berisiko untuk iritasi lambung dan sebabkan pendarahan pada lambung. Jadi jangan sembarangan,” tambahnya.

Begitu pula dengan zinc. Kalau kebutuhan zinc dalam tubuh tercukupi maka zat ini akan ampuh untuk membantu kekuatan imun. Sebaliknya bila tubuh kekurangan zinc maka imun juga akan turun. “Bahayanya, bila zinc terlalu banyak maka dia justru bisa menekan imun. Jadi jumlahnya harus pas,” terang dr. Galuh. Zinc juga punya efek samping berbeda pada tiap orang, namun umumnya adalah pada sistem pencernaan.

Terlalu banyak konsumsi vitamin C bisa akibatkan kerusakan ginjal. (Foto: Xframe)

Sedikit berbeda pada vitamin D. Menurut dr. Galuh, vitamin D memiliki efek samping yang cukup rendah. “Vitamin D juga punya fungsi yang baik untuk tulang dan rata-rata memang orang Indonesia itu mengalami insufisiensi vitamin D. Jadi masih bisa dikonsumsi rutin untuk waktu yang agak lama,” terang dr. Galuh.

Namun begitu, dr. Galuh tetap menyarankan kalau untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D secara rutin dalam kondisi sehat, ada baiknya untuk mengecek kadar vitamin di dalam tubuh dulu untuk mengetahui sebesar apa kebutuhannya dan tetap dalam pengawasan secara medis. 

Dalam hal merek, dr. Galuh juga tidak merekomendasikan satu merek suplemen tertentu untuk dikonsumsi, yang penting konsumsi tetap sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.

Konsumsi Suplemen pada Pasien Covid-19

Pada pasien Covid-19, konsumsi suplemen memang diberikan dengan lebih intensif dan dalam dosis yang lebih banyak. Seperti yang diterangkan oleh dr. Galuh, suplemen berupa vitamin C, vitamin D dan zinc sangat membantu pasien Covid-19 untuk segera pulih.

Zinc berfungsi untuk meningkatkan imunitas, vitamin D dan vitamin C memiliki kandungan antioksidan yang bisa melawan peradangan. Beberapa pasien Covid-19 bahkan juga direkomendasikan untuk diberikan vitamin E yang juga punya fungsi antioksidan dan efek samping yang ringan.

Pada dasarnya, kebutuhan suplemen untuk pasien Covid-19 dan orang sehat adalah pada dosisnya. Contohnya, pada orang dewasa sehat, kebutuhan vitamin D adalah 1.000 unit per hari, sedangkan untuk pasien Covid-19 atau para nakes yang kondisinya rentan terinfeksi virus bisa diberikan hingga 5.000 unit per hari.

Tapi, satu hal yang perlu diperhatikan menurut dr. Galuh adalah suplemen bukan untuk mengobati atau mencegah Covid-19. Tapi hanya untuk meningkatkan imunitas. “Jadi, kalau sudah minum suplemen bukan berarti kebal terhadap Covid-19, tapi lebih kepada gejala yang tidak parah saat terinfeksi virus,” terangnya.

Kebutuhan akan suplemen memang menjadi hal penting sejak merebaknya pandemi. Mengkonsumsinya juga sebaiknya harus dengan bijak dan hindari konsumsi secara bebas yang berlebihan. Bagi pasien Covid-19 yang kini sudah sehat kembali, ada baiknya untuk memenuhi asupan nutrisinya secara alami saja, dan menghentikan suplemen yang dikonsumsi terus-menerus.