Ini yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Covid-19 Varian Omicron

Covid-19 varian omicron kini menjadi pandemi yang mengharuskan kita kembali lebih waspada dan membatasi diri untuk beraktivitas di luar rumah. Varian baru ini memiliki serangkaian perbedaan penting dengan varian sebelumnya. Apa saja?

Pada dasarnya virus SARS-CoV2 yang mengakibatkan Covid-19 adalah virus yang memiliki sifat selalu bermutasi. Ini ditegaskan oleh dr. Andika Chandra.P.,PhD, SpP, spesialis paru dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta saat berbincang dengan Goodlife.

IG Live talks 27 Jan 2021
dr. Andika Chandra P., PhD, Sp.P (K) (Foto: Dok. Rumah Sakit St. Carolus Jakarta)

Menanggapi pandemi yang kini berlangsung dengan varian omicron, dr. Andika menjelaskan, “Ibaratnya ini adalah telepon pintar yang selalu punya varian baru. Virusnya masih sama yaitu SARS-CoV2, tapi kemampuannya yang berbeda.”

Lebih rinci, dr. Andika menerangkan bahwa virus itu sendiri terbagi atas 2 jenis, yaitu DNA (deoksiribonukleat acid) dan RNA (ribonukleat acid). SARS-CoV2 sendiri termasuk virus RNA yang memiliki sifat lebih mudah bermutasi menjadi varian-varian baru.

Perubahan Sifat pada Varian Omicron

“Virus itu pada dasarnya adalah makhluk hidup, jadi dia melakukan cara untuk bertahan hidup. Pada virus RNA cara bertahan hidupnya adalah dengan bermutasi terus-menerus,” terang dr. Andika.

“Pada varian omicron ini terdapat 13 rangkaian mutasi yang terjadi pada salah satu bagian pada virus yaitu protein spike. Ini yang menyebabkan perubahan sifat pada virus terutama kemampuan untuk lengket pada reseptor sel tubuh manusia,” tambahnya.

Wanita, Sakit Kepala
Sifat pada omicron membuatnya sangat mudah menular (Foto: Pixabay)

Perubahan sifat yang terjadi varian omicron inilah yang menurut dr. Andika juga menyebabkan varian ini diketahui lebih mudah menular dibanding varian sebelumnya seperti Covid-19 delta. Tapi, tidak seperti varian lainnya, omicron diketahui memiliki gejala yang lebih ringan.

“Mutasi pada protein spike ini membuat omicron mampu menular lebih cepat. Tapi kemampuan membelah diri dalam tubuh manusia ini lebih lambat dibanding varian lain,” terang dr. Andika. “Ini artinya kemampuan omicron untuk merusak sel tubuh manusia juga lebih rendah,” tambahnya.

Meskipun umumnya memiliki gejala yang lebih ringan, dr. Andika tetap menegaskan untuk berhati-hati karena ada pertimbangan lain yang membuat varian ini tetap berbahaya. “Umumnya respon imun dari pasien di Indonesia itu rendah, jadi gejala yang ringan bisa jadi berat,” jelasnya. Selain itu menurut dr. Andika, fasilitas kesehatan yang tersedia bila terjadi pandemi dengan lonjakan kasus yang tinggi juga masih terbatas.

dr. Andika juga mengingatkan untuk orang-orang yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan. Menurutnya, dalam 2 bulan terakhir ini lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia banyak ditemukan pasien dengan keluhan berat pada orang dengan komorbid. 

cybersickness
Pasien dengan komorbid bisa memberatkan gejala omicron (Foto: Pixabay)

“Jadi meskipun terkena omicron, yang gejalanya parah juga ada, bahkan yang meninggal juga ada,” tegas dr. Andika.

“Komorbid yang paling sering ditemukan pada Covid-19 adalah hipertensi, jantung dan diabetes,” jelasnya. “Komorbid ini adalah yang paling memberatkan pasien penderita Covid-19,” tegas dr. Andika.

Dan yang harus diperhatikan lagi adalah bahwa meskipun saat ini Covid-19 didominasi oleh omicron, tapi sebetulnya varian lain seperti delta juga masih ada. Sayangnya, saat ini hal tersebut sudah banyak diabaikan dan dianggap saat ini Covid-19 hanyalah varian omicron saja. “Jadi sebetulnya potensi untuk menyebabkan kematian itu saat ini tetap ada,” tegas dr. Andika.

Bagaimana Mendeteksi Omicron

Lalu, bagaimana caranya agar kita tahu bahwa kita terinfeksi varian omicron? Varian ini tidak bisa dideteksi hanya dengan tes swab antigen, tapi kemungkinan gejalanya bisa diketahui melalui PCR. “Tes PCR hanya bisa mendeteksi kemungkinan saja, tidak memastikannya,” terang dr. Andika.

“Omicron itu membuat mutasi pada protein spike. Jadi biasanya saat PCR protein spike ini menjadi tidak terdeteksi. Ini ciri-ciri kemungkinan omicron,” terang dr. Andika. Dalam dunia medis protein spike sendiri dikodekan dengan “S”, sedangkan protein yang tidak terdeteksi diartikan dengan “failure”. Secara umum metode pendeteksian ini juga dinamakan dengan S-Gene Target Failure (SGTF).

Omicron bisa terdeteksi dari PCR dan itupun hanya “kemungkinan” (Foto: Pexels)

Untuk memastikan varian omicron harus melalui pemeriksaan pengurutan genom atau whole genome sequencing. Menurut dr. Andika virus ini memiliki untaian DNA atau ibaratnya semacam blue chip yang bisa dideteksi dan dipastikan melalui pemeriksaan genom ini.

Lalu, apakah varian ini memberikan gejala yang sama dengan varian sebelumnya? Menurut dr. Andika pada umumnya gejala yang terjadi juga sama dengan varian lain, namun ada beberapa keluhan yang sekarang dirasa lebih dominan.

“Pada varian beta dan delta misalnya, itu yang dominan demam, sesak nafas dan batuk. Omicron lebih dominan pada pada batuk dan sesak nafas, sedangkan demam hanya sekitar 30% sampai 40% saja,” jelas dr. Andika. Selain itu, pada omicron gejala lain seperti anosmia (kehilangan kemampuan mencium) dan turunnya nafsu makan juga terjadi tapi dalam skala yang jauh lebih kecil.

gerd atau sakit jantung
Gejala pada omicron lebih ringan dari varian delta (Foto: Xframe)

Dengan kondisi kasus varian omicron yang terus meningkat, pemberian vaksin Covid-19 menurut menurut dr. Andika masih bermanfaat karena memberikan respon antibodi yang baik. Selain itu menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker juga harus tetap konsisten dilakukan.

“Bahkan sama dengan saat varian delta melonjak, WHO sebetulnya saat ini juga menyarankan penggunaan dobel masker di tempat umum untuk mencegah penularan varian omicron,” terang dr. Andika.

Kenyataan bahwa varian omicron secara umum memiliki gejala yang lebih ringan dibanding varian lain adalah satu hal yang saat ini justru banyak membuat orang menjadi lengah dan menganggap remeh varian omicron. Itu sebabnya kita harus tetap konsisten menjalankan protokol kesehatan dan berhati-hati dalam beraktivitas untuk mencegah penularan lebih jauh.