Makanan sehat sedang menjadi tren dan mulai banyak dicari oleh masyarakat. Bahan makanan sehat pun sekarang tak lagi sulit dicari, bahkan tersedia di warung atau kedai makanan, seperti jamur. Mengkonsumsi jamur sekarang juga sudah tersedia dengan beragam pilihan, seperti jamur sebagai lauk pendamping nasi, jamur crispy sebagai camilan hingga bubuk kaldu jamur sebagai penyedap masakan.
Kesempatan inilah yang diambil oleh Helmi Nurjamil, pendiri dan CEO Jamur Halwa yang berbasis di Bogor. Ketertarikan Helmi pada dunia pertanian sebetulnya sudah dimulai sejak kecil. Pada 2011 Helmi juga pernah berbisnis ikan sidat dan sempat melakukan ekspor ke Korea Selatan sebelum berhenti akibat muncul peraturan yang melarang ekspor benih ikan sidat. Namun keadaan berubah pada 2018 karena Helmi melihat peluang yang lebih baik, yaitu budidaya jamur.
Peluang Bisnis Jamur
Helmi yang saat itu masih bekerja di pemerintahan melihat beberapa peluang untuk mengembangkan bisnis budidaya jamur. “Saat itu saya masih bekerja di bidang persaingan usaha, jadi saya cukup paham karakter industri agro,” terang Helmi saat berbincang dengan Goodlife.
Beberapa keuntungan berbisnis budidaya jamur menurut Helmi adalah:
- Belum ada pemain besar di lingkungan industri budidaya jamur, sehingga menciptakan peluang lebih baik untuk berkembang.
- Bisa panen setiap hari sehingga meminimalisir risiko gagal panen.
- Bibit jamur hampir 100 persen menggunakan limbah kayu. Artinya, ini adalah kesempatan yang baik untuk mengurai limbah lingkungan, karena limbah kayu biasanya dimusnahkan dengan dibakar.
- Budidaya jamur bisa menerapkan konsep zero-waste, dimana limbahnya bisa dijadikan pupuk organik.
Sejumlah keuntungan inilah yang kemudian membuat Helmi memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan kemudian serius menekuni budidaya jamur dengan mendirikan Jamur Halwa.
Menurut Helmi, jamur bukan merupakan makanan mahal. Untuk beberapa jenis jamur tertentu, seperti jamur tiram, sudah sangat mudah ditemui dan bahkan cukup banyak warung makan yang menjualnya sebagai lauk. “Ini artinya jamur juga sangat disukai masyarakat,” jelas Helmi. “Jamur juga bisa jadi menu pengganti buat teman-teman yang tak makan daging karena strukturnya menyerupai daging,” tambahnya.
Sementara ini Jamur Halwa hanya berfokus untuk budidaya jamur tiram karena permintaannya yang tinggi. Helmi mencontohkan, untuk memenuhi permintaan pasar di Jawa Barat saja Jamur Halwa harus memproduksi sebanyak 10 ton jamur tiram per harinya.
Inovasi Produk Jamur
Jamur yang dibudidayakan Jamur Halwa tak berhenti sampai di produk jamur segar saja. Tren konsumsi makanan sehat juga membuat Jamur Halwa berinovasi membuat kaldu jamur dengan brand Oymush yang saat ini bisa didapatkan melalui e-commerce atau akun Instagram @oymush.
Kaldu jamur, menurut Helmi juga menjadi tren dan disukai milenial sebagai salah satu makanan sehat berkat rasanya yang gurih dan sebagai pengganti MSG alami.
Selain kaldu jamur, Jamur Halwa juga memproduksi tepung jamur. Menurut Helmi, tepung jamur ini juga merupakan salah satu cara agar jamur yang melimpah tidak terbuang begitu saja di pasar tradisional. “Saat terjadi panen raya, biasanya pasar sudah punya kapasitas langganan. Akibatnya jamur yang jumlahnya banyak sering tidak tertampung dan membuat harganya turun,” jelas Helmi. Untuk menghindari hal ini, timbullah ide untuk mengeringkan jamur dan membuatnya menjadi tepung.
“Australia, Kanada dan Singapura sudah tertarik dengan tepung jamur. Tapi tidak semua permintaan kita terima karena kami juga tak mau tinggalkan pasar lokal,” terang Helmi.
Dan untuk mereka yang suka dengan jamur renyah, Jamur Halwa juga punya outlet @japri.jamurcrispi yang khusus menjual camilan jamur renyah. Khusus untuk jamur crispy ini, Helmi menegaskan bahwa kualitas jamurnya harus terjaga. “Jamur tiram yang terlambat dipanen akan banyak mengandung air. Ini tidak bisa crispy kalau dimasak,” terangnya.
Mengajak Budidaya Jamur
Sebelum pandemi, Jamur Halwa juga memiliki program edu-farm yang mengajak pengunjung untuk melihat dan belajar langsung cara budidaya jamur. Namun di masa pandemi, program ini terpaksa ditunda sementara waktu. Saat ini Jamur Halwa hanya menerima kunjungan untuk para calon petani jamur atau para pensiunan yang ingin serius menekuni budidaya jamur.
Nah, buat Sahabat Goodlife yang ingin mencoba untuk belajar budidaya jamur, perhatikan juga hal-hal berikut ini:
- Jamur tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya diletakkan pada ruangan yang teduh.
- Tidak boleh terkena air secara langsung.
- Temperatur ruangan maksimal adalah 28 derajat Celcius dan bila lebih panas, siram lantai dengan air agar temperatur lebih sejuk.
- Bila jamur sudah keluar, sebaiknya langsung dipanen dan tidak boleh ditunda untuk menghindari kebusukan.
Tapi perlu diingat bahwa kemungkinan budidaya jamur akan menjadi tren seperti hidroponik pada tahun lalu adalah sangat kecil karena menurut Helmi budidaya jamur memang kurang cocok untuk dijalankan sebagai usaha kecil. Alasannya, misal dari jumlahnya yang terlalu kecil kalau buat dijual, sedangkan kalau untuk dikonsumsi sendiri di rumah juga akan terlalu banyak.
Bagaimana Sahabat Goodlife, tertarik untuk belajar budidaya jamur?