Jangan Mudah Percaya, Ternyata ini Mitos Tentang Skin Care Yang Banyak Diyakini Orang

Penggunaan skin care untuk kesehatan kulit kini semakin berkembang. Peminatnya gak hanya wanita, namun juga pria karena didasarkan pada kesadaran untuk tampil lebih fresh dan percaya diri. Banyak sekali produk skin care yang sekarang ditawarkan dengan keunggulannya masing-masing. Dari soal ragam fungsinya, kandungannya hingga harga yang bersaing. Namun anggapan-anggapan keliru perihal skin care tampaknya masih tetap ada. Kekeliruan ini seringkali membuat seseorang gak bisa merasakan manfaat dari skin care yang digunakan. Nah, apa saja sih mitos skin care yang juga kerap jadi pembicaraan? Terus kebenarannya bagaimana ya? 

Makin besar SPF, makin besar perlindungan terhadap kulit 

Ada 3 jenis sinar ultraviolet (UV) yang dihasilkan oleh matahari, yakni UVA, UVB, dan UVC. UVA masuk ke dalam kulit dan mengubah warna kulit menjadi lebih gelap. Sinar UVB merupakan sinar matahari utama yang merusak DNA kulit sehingga bisa menyebabkan perubahan pigmen, kulit terbakar atau sunburn, bahkan karsinoma (kanker yang berkembang dari jaringan kulit). Sementara sinar UVC diserap oleh atmosfer sehingga tidak sampai ke bumi. 

Kandungan Sun Protection Factor (SPF) pada sunblock sebetulnya mengacu pada lama perlindungan produk terhadap sinar UVB. Makin tinggi SPF, makin lama pula durasi perlindungan yang ditawarkan. Jadi SPF bukan merupakan indikasi seberapa kuat perlindungan yang diberikan sunblock, tapi  lebih kepada durasinya saja.

Tak perlu sunscreen ketika mendung

Anggapan ini salah besar! Bahkan pada cuaca mendung sekalipun, radiasi dari sinar ultraviolet (UV) bisa menembus permukaan bumi, lho. Jadi, sebaiknya tetap pakai sunscreen dan ulang kembali pemakaian setiap 2 jam. 

Memang awan mendung bisa membendung sinar matahari, tapi bukan berarti sinar UV ikut terbendung juga. Awan hanya bisa menyaring 20% sinar UV dan ini berarti masih ada 80% dari sinar UV yang akan menghujam kulit kita. 

Pertimbangan lain adalah cuaca yang tiba-tiba berubah. Sering juga kan mendung di pagi hari, namun tiba-tiba panas terik di siang hari. Nah, jadi sebaiknya tetap menggunakan sunscreen ya. 

Mencuci muka dengan sabun bikin wajah halus 

Tentu saja ini pendapat yang keliru. Malah, ketika kita membasuh atau mencuci muka dengan sabun, pelindung dan minyak yang melindungi kulit wajah akan terkelupas sehingga muncul ruam kemerahan atau bahkan kulit wajah terbakar. Lebih baik gunakan pembersih (cleanser) yang lembut dan pelembab biasa. 

Yang perlu diingat, jenis cleanser berbeda-beda sesuai dengan jenis kulit wajah. Ada cleanser untuk kulit wajah berminyak dan berjerawat, untuk kulit kering dan ada juga untuk kulit sensitif. Jadi pastikan dulu cleanser apa yang cocok untuk kulit wajah kita. 

Membersihkan wajah juga sebaiknya dilakukan dengan cara double cleansing. Artinya, wajah dibersihkan dulu dengan cleansing oil atau cleansing balm baru dibasuh dengan cleanser untuk hasil optimal. Selain ampuh mengangkat kotoran, cleansing balm juga gak bakal bikin kulit jadi kering. 

Pencet jerawat itu biasa 

Meskipun memencet jerawat dianggap hal yang wajar, tetapi sebetulnya sangat gak disarankan karena malah bisa menyebabkan infeksi dan bakteri menyebar ke bagian kulit lain. Jika memang gak tahan ingin memencet jerawat, sebaiknya memakai teknik yang benar, yakni dengan menggunakan comedo extractor, yaitu sejenis pinset untuk mengangkat komedo.

mitos skin care

Makin sering facial makin bagus untuk wajah 

Nah, ini cukup mengejutkan. Facial treatment (facial) sebetulnya punya beberapa risiko, itu sebabnya facial sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis kulit. Penggunaan bahan kimia untuk membersihkan wajah tanpa pengawasan bisa berakibat kulit kering dan iritasi. 

Facial ternyata juga gak memberikan dampak signifikan pada perawatan wajah. Sebuah studi justru menemukan fakta baru bahwa facial malah akan memicu munculnya jerawat pada 80% responden. Ini bisa terjadi karena peralatan yang kurang steril dan terbukanya pori-pori selama facial yang justru mengakibatkan masuknya bakteri ke dalam kulit wajah. 

Nah, bagaimana kalau Sahabat Goodlife ingin facial? Lakukan facial di klinik kecantikan yang resmi dan diawasi dokter. Tidak disarankan untuk melakukan facial lebih dari sekali dalam jangka waktu 3 bulan.

Makin mahal produk skin care, makin bagus 

Tidak selalu benar! “Tak sedikit produk terjangkau yang diproduksi massal yang malah lebih baik dibandingkan produk skin care yang mahal-mahal itu,” kata Leslie Bauman, MD, direktur di University of Miami Cosmetic Group dan penulis buku The Skin Type Solution kepada webmd.com. 

Kandungan yang terdapat pada produk skin care, contohnya krim anti-aging, umumnya sama. “Jadi, sebetulnya hanya masalah kebiasaan. Memang ada juga produk mahal yang bagus. Tetapi, bisa juga produk mahal itu dirasakan cocok karena tak pernah mencoba produk sejenis yang lebih murah.” 

Kini banyak juga brand asal Indonesia yang menawarkan produk skin care berkualitas namun dengan harga yang terjangkau.

Perawatan skin care memang perlu, tapi perhatikan hal tersebut di atas ya Sahabat Goodlife, agar bisa melakukan perawatan dengan optimal.