Mengenal Quiet Leadership, Memimpin Tanpa Banyak Intervensi

kerja

Tahukah kamu bahwa alasan terbesar orang resign dari tempat kerja dikarenakan perselisihan dengan pimpinan? Memang tak semua orang yang menduduki jabatan tinggi layak menjadi pemimpin. Ada pemimpin yang bersifat bossy dan sebaliknya ada juga yang lebih memberi ruang pada timnya untuk berkembang, dikenal dengan sebutan quiet leadership.

Seorang pemimpin biasanya digambarkan sebagai sosok orang yang tentu saja selain pandai memimpin orang, biasanya memiliki kontrol dan kekuasaan yang besar atas orang lain. Namun, terdapat juga gaya memimpin yang tidak berkesan mendominasi seperti itu yang bisa disebut sebagai quiet leadership.

Apa Itu Quiet Leadership?

Quiet leadership adalah suatu gaya memimpin yang lebih berorientasi pada keterbukaan pikiran dan kelembutan pada orang lain daripada gaya memimpin yang biasanya lebih sering mengeluarkan perintah dan mendominasi. Gaya kepemimpinan ini mementingkan aspek mendengar, merefleksikan, serta empati terhadap orang lain daripada menjadi seseorang yang disorot dan memaksakan kehendak pada orang lain.

work wfh wfo
Tidak semua pimpinan bisa menjadi quiet leader. Tipe pemimpin ini berbeda dengan sifat bossy yang suka arogan dan mendominasi tim kerja (Foto: Pexels)

Para quiet leader biasanya juga dapat menyeimbangkan antara tekad untuk mencapai sebuah tujuan dan kerendahan hati. Mereka mampu memotivasi dan menginspirasi anggotanya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai tanpa banyak paksaan. Selain itu, mereka juga dapat menerima kritik dan saran atas kekurangan pada diri mereka, sehingga mereka mampu mendapatkan kepercayaan orang lain dengan lebih mudah.

Cara Mempraktikkan Quiet Leadership

Untuk menjadi quiet leader dan mempraktikkan quiet leadership yang baik, terdapat 4 hal utama yang harus diperhatikan dan dilakukan:

Mendengarkan

Kemampuan untuk bisa mendengarkan apa yang disampaikan oleh anggota tim dapat menumbuhkan rasa kolaboratif dan rasa keikutsertaan dalam lingkungan pekerjaan karena anggota tim akan merasa pendapatnya dihargai.

Refleksi

Dengan melakukan refleksi pada hal-hal yang sudah terjadi, kita dapat membuat keputusan yang tepat demi mencapai kesuksesan dalam jangka waktu yang panjang.

Berempati

Empati dibutuhkan untuk memiliki hubungan yang lebih dekat dan personal dengan anggota tim dan sangat berperan penting untuk membangun rasa saling percaya, meningkatkan rasa semangat, dan juga mengurangi perlunya penggantian anggota tim.

Kerendahan hati

Dengan rasa rendah hati, seseorang dapat membuat keputusan yang tidak berdasarkan keinginan atau egonya sendiri dan lebih mementingkan kebutuhan seluruh anggota tim.

Kelebihan Quiet Leadership

Mempraktikkan quiet leadership walaupun tidak sedominan gaya kepemimpinan pada umumnya, dapat menawarkan berbagai macam kesempatan dan kelebihan bagi suatu individu, kelompok maupun perusahaan.

Dengan menjadi seorang quiet leader, seseorang dapat membantu anggota timnya untuk mengembangkan kemampuan mereka karena mereka mendapatkan ruang gerak untuk mencoba berbagai hal demi mencapai tujuan mereka tanpa harus terkekang oleh perintah otoriter dari sang pemimpin. 

Selain itu, tim akan mengembangkan rasa saling mempercayai yang dapat meningkatkan semangat dan produktivitas. Lingkungan yang nyaman bagi anggota tim ini akan membuat anggota tim lebih betah untuk bekerja di lingkungan tersebut karena mereka merasa lebih dihargai dalam peran mereka masing-masing.

Terlebih lagi, proses pembuatan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan lebih efisien karena pemimpin selalu mendengarkan ide dan masukan dari anggota lainnya dan mempertimbangkan ide-ide tersebut.