Mengenal Toxic Parenting dan Cara Mengenalinya

Menjadi orang tua adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa tidak semua orang layak jadi orang tua. Beberapa diantara kita bahkan sudah menjadi orang tua yang toxic bagi anak-anak mereka.

Mendidik anak merupakan tugas dan kewajiban setiap orang tua. Setiap orang memang memiliki caranya sendiri-sendiri dalam mengasuh sang buah hati, namun tidak semua cara yang dilakukan itu baik untuk anak maupun orang tua di kemudian hari nanti. Pola asuh yang keliru ini dapat disebut sebagai toxic parenting.

Apa itu Toxic Parenting

Secara lebih detail, toxic parenting merupakan polah asuh yang dapat melukai anak baik secara fisik maupun mental. Toxic parenting ini biasanya dilakukan tanpa disadari oleh orang tua. Selain itu, hal yang tampak positif juga dapat termasuk dalam toxic parenting bila hal tersebut malah memberikan pengaruh buruk bagi anak.

Toxic parenting dapat disebabkan oleh orang tua yang memiliki trauma di masa lalu yang terbawa dan terlampiaskan pada sang anak seperti ketika orang tua tersebut diperlakukan di masa lalunya.

Ciri-ciri Toxic Parents

Berikut adalah beberapa ciri-ciri toxic parents yang kerap ditemui.

Terlalu memaksakan

Orang tua kadang lupa bahwa seorang anak adalah individu yang memiliki kehendak dan pikirannya sendiri. Selama pilihan anak bukanlah hal yang benar-benar bersifat destruktif untuk dirinya sendiri maupun orang lain, maka seharusnya orang tua tidak boleh memaksakan apapun yang akan dilakukan atau dipilih sang anak.

Terlalu memaksakan kehendak pada anak (Foto: pexels)

Contohnya ketika sang anak bergaul dengan teman yang berbeda latar belakang atau sang anak ingin menjadi seniman, tidak seharusnya orang tua mengintervensi hal tersebut. Anak dapat merasa terkekang dan berdampak pada perkembangan emosional mereka.

Hal ini juga sering terus berlanjut ketika anak sudah dewasa dan orang tua terus membatasi dan merampas hak untuk bertindak dan bersuara sang anak.

Terlalu permisif

Perilaku yang terlalu permisif memang tidak terlihat buruk secara terang-terangan. Namun memberi kebebasan yang tidak terbatas dan tanpa aturan tegas pada anak dapat dikatakan sebagai memanjakan anak. Hal ini dapat membuat anak berkembang menjadi pribadi yang egois dan tidak peduli akan perasaan maupun kebutuhan orang lain.

Suka menyalahkan anak

Ketika anak berbuat hal yang dirasa tidak menyenangkan di hati orang tua, contohnya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan di sekolah atau saat bertengkar dengan saudaranya. Menyalahkannya tanpa memberikan dukungan serta solusi atau pengertian secara baik-baik dapat membuat anak menjadi mudah merasa takut dan mudah minder karena terlalu sering disalahkan.

Mengabaikan anak

Ketika terlalu sibuk dengan pekerjaan atau urusan masing-masing ataupun memiliki pengalaman terabaikan di masa lalu, orang tua dapat secara tidak sengaja mengabaikan anak dan acuh tak acuh pada kehidupan sang anak. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak secara emosional karena kurangnya perhatian dari orang tua

Toxic parents yang suka menyalahkan anak (Foto: Pexels)

Cara Menghadapi Toxic Parents

Cara-cara berikut dapat diterapkan untuk menghadapi dan mengatasi diri dari efek perilaku toxic parents.

Membuat batasan

Bersikap secara asertif (tegas dan percaya diri, tidak membuat lawan bicara terpancing untuk memberikan respon negatif) dapat memberikan batasan antara diri sendiri dan orang tua. Bila ingin menolak ucapan atau perintah yang diberikan orang tua, maka berikan alasan yang jelas.

Mengalihkan pembicaraan

Bila orang tua mulai melontarkan hal-hal negatif atau yang bersifat memaksa, jangan terbawa emosi dan berujung pada debat yang membuat tambahan beban pikiran dan memperburuk hubungan. Alihkan pembicaraan ke hal yang lebih positif agar fokus orang tua dapat teralihkan.

Mencari kesibukan

Menyibukkan diri dapat membuat pikiran terlepas dari perilaku toxic parents. Selain itu, kesibukan yang positif seperti menekuni sebuah hobi atau belajar hal yang baru dapat memberi skill baru dan bahkan membanggakan orang tua, sehingga perilaku negatif dari orang tua dapat berkurang.

Melakukan Me Time

Me time dapat mengisi kembali energi secara fisik maupun emosional dan membantu untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah-masalah yang dapat muncul karena pikiran yang lebih rileks, termasuk menghadapi toxic parents.

Tidak memaksa orang tua berubah

Memaksa mengubah perilaku seseorang bukanlah hal yang dapat dilakukan begitu saja. Hal tersebut justru dapat memicu keributan yang malah menambah beban pikiran. Apalagi berharap bisa mengubah perilaku orang tua yang toxic. Di usia yang lebih senior, umumnya orang akan lebih sulit mengubah perilakunya.

Jadi, daripada kamu membuang waktu berusaha mengubah perilaku orang tua yang toxic, sebaiknya kamu fokus pada diri sendiri. Mengontrol tingkah laku diri sendiri ketika menghadapi toxic parents jauh lebih efektif.

Bila diperlukan, carilah bantuan profesional seperti psikolog bila dirasa diri tidak dapat mengatasi atau bertahan dari sikap orang tua yang toxic.