Toxic leadership bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental, produktivitas, dan kinerja karyawannya. Kenali toxic leadership dan cara menghadapinya.
Tak semua orang bisa beruntung mendapatkan lingkungan kerja yang ideal, seperti rekan kerja yang suportif, bos yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, atau gaji yang sesuai ekspektasi.
Dan sayangnya, di antara situasi ideal tadi, banyak yang bertemu dengan pimpinan yang toxic di kantor mereka.
Pimpinan atau boss toxic akan menindas, mengancam, membentak, dan yang parah adalah membuat perubahan suasana hatinya menentukan suasana kantor.
Toxic leadership akan menguras energi dan motivasi karyawannya, hingga pada akhirnya bisa menurunkan produktivitas perusahaan dan menghambat kesuksesan dalam jangka panjang.
Ciri-Ciri Toxic Leadership
Ciri-ciri umum yang biasanya ditunjukkan oleh toxic leadership, antara lain:
Anti kritik dan mudah tersinggung
Pimpinan toxic selalu bersikap sombong, anti kritik, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Ia merasa tindakan dan pendapatnya adalah hal yang mutlak. Jika dikritik, ia menganggap hal itu sebagai sebuah pembangkangan dan merasa tersinggung dengan hal itu.
Mementingkan ambisi pribadi
Segala hal yang menguntungkan dan bisa memenuhi ambisi pribadinya akan ia jalankan. Namun jika dirasa tidak menguntungkan buatnya, ia akan berusaha mati-matian menolaknya. Hal itulah yang bisa menghambat inovasi dan ide kreatif dari bawahannya.
Tidak fleksibel
Pemimpin toxic tidak bisa bersikap luwes. Segala hal harus berjalan seperti apa yang diperintahkannya. Toxic boss adalah penentang paling keras terhadap setiap perubahan, meskipun perubahan itu membawa kebaikan.
Diskriminatif
Pimpinan yang toxic mungkin memperlakukan anggota tim secara diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, usia, ras, atau faktor lainnya. Tindakan pilih kasih itu akan menghalangi karyawan untuk maju dalam kariernya.
Menghindari tanggungjawab
Toxic boss kerap menghindari tanggungjawab atas kesalahan mereka dan malah menyalahkan orang lain. Dengan tidak mau mengakui kesalahan, pimpinan yang toxic juga menolak belajar dari kegagalan. Alih-alih tidak mengulang kesalahan, mereka akan kembali mengulang kesalahan dengan semakin menekan bawahannya agar tidak gagal seperti sebelumnya.
Cara Menghadapi Toxic Leadership di Kantor
Toxic leadership bisa terjadi di mana saja, di kantor atau organisasi lainnya.
Sebelum memutuskan resign karena tak betah atas perilaku destruktif si boss, ada baiknya kamu mencoba hal berikut ini.
Fokus pada pekerjaanmu
Terlalu memikirkan tingkah boss justru akan membuatmu kehilangan energi dan motivasi bekerja. Sebaiknya tetap fokus pada pekerjaanmu atau fokus pada hal yang membuatmu senang.
Selesaikan dengan baik apa yang menjadi tanggung jawab dan tugas yang diberikan kepadamu. Dengan begitu, si boss juga tidak akan mengintimidasi kamu.Abaikan saja kelakuannya dan anggap saja itu hanya angin lalu.
Buat catatan detail
Toxic boss biasanya akan selalu mencari-cari kesalahan orang lain atau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
Oleh karena itu, sangat penting membuat catatan detail tentang perintah dan arahan si boss. Jika pekerjaanmu dianggap tidak memuaskan, padahal sudah kamu lakukan sesuai perintah, kamu bisa tunjukkan catatan detail tadi.
Mengendalikan emosi
Kita tidak bisa mengontrol perilaku toxic tapi kita bisa mengontrol cara merespon perilaku tersebut. Kendalikan emosi saat boss sedang berulah. Ingatlah bahwa perilaku pimpinan yang toxic itu bukanlah cerminan perilaku kamu sendiri. Itu memang perilakunya yang bermasalah.
Bangun support system
Memiliki support system di tempat kerja dapat membantu kamu dalam menghadapi toxic leadership. Kamu bisa mendapatkan dukungan emosional dan ada orang yang bisa diajak bicara sehingga baik bagi kesejahteraan mental.
Bicarakan dengan HRD
Jika sudah sangat mengganggu dan tidak bisa ditolerir lagi, ada baiknya bicarakan dengan HRD. Namun sebelumnya, kamu catat dan kumpulkan bukti serta saksi untuk mendukung laporanmu pada HRD. Namun, pastikan juga HRD dalam kondisi netral dan “sehat” karena di beberapa perusahaan, HRD juga dianggap tidak bersikap netral pada karyawan.
Menghadapi toxic leadership memang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Namun sebelum kamu memutuskan untuk resign, ada baiknya dilakukan upaya-upaya dahulu untuk bisa menghadapi toxic leadership. Karena buru-buru mencari tempat kerja baru pun tidak menjamin kamu bebas masalah di kantor.