Kamu termasuk orang yang sangat suka selfie di manapun dan kapan pun? Hati-hati bisa menjadi selfitis. Yuk, kenali selfie culture dan efeknya bagi kesehatan mentan.
Selfie atau self portrait atau dalam bahasa Indonesia disebut swafoto adalah jenis foto narsis dengan cara potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau ponsel. Kebanyakan foto selfie diunggah di media sosial, setelah terlebih dahulu diseleksi dan hanya foto selfie terbaik yang akan diunggah.
Sebenarnya, melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial adalah kegiatan yang wajar. Selfie bahkan bisa meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Apalagi saat ini banyak tersedia filter yang bisa digunakan agar foto selfie terlihat semakin menarik.
Sayangnya, ketika dilakukan secara berlebihan, selfie bisa menyebabkan kecanduan. Apalagi ketika melihat banyak yang memberikan tanda love atau berkomentar positif tentang foto selfie di media sosial. Orang akhirnya mengambil banyak foto selfie sepanjang hari dan mencari validitas melalui foto selfie. Pada akhirnya, tak sedikit orang-orang mencari validasi dengan cara-cara ekstrem saat berfoto selfie.
Bahaya Selfitis yang Jarang Disadari
Kecanduan melakukan selfie dikenal sebagai selfitis. Fenomena selfitis ini sangat nyata dan semakin banyak orang yang mengalaminya. Beberapa tanda bahwa kebiasaan berswafoto sudah melewati batas dan menjadi selfitis, antara lain:
- Mendapat likes dan komentar mempengaruhi suasana hati
Selfitis sangat haus validasi. Setiap mengunggah foto selfie di media sosial, ia selalu mengharapkan interaksi berupa like dan komentar. Jika tidak mendapatkan cukup interaksi, suasana hatinya langsung berubah seperti sedih, cemas, dan memandang rendah diri sendiri.
- Halaman profil akun media sosial dipenuhi selfie
Lihatlah profil media sosial kamu. Jika lebih dari separuh foto di halaman profil kamu adalah foto selfie, bisa jadi kamu sudah mengalami kecanduan selfie atau selfitis.
- Terus mengambil foto selfie sampai mendapatkan hasil sempurna
Jika kamu melakukan lebih dari tiga selfie per hari, kamu mungkin mengalami selfitis. Selfitis juga secara obsesif menggunakan filter dan berbagai angel untuk mendapatkan foto selfie yang sempurna.
- Kamu tidak hadir di saat Ini
Jika sibuk ber-swafoto di berbagai acara dan tidak hadir di saat itu (tidak menyadari dan menikmati situasi di saat itu), kamu bisa mulai khawatir mengalami selfitis. Alasan mengambil foto selfie sebagai kenangan, tidak bisa dibenarkan sepenuhnya karena kamu justru tidak hadir pada saat itu.
American Psychiatric association (APA) telah menggolongkan selfitis sebagai gangguan mental. Disebutkan pula bahaya selfitis bagi kesehatan fisik dan mental, seperti:
Menyebabkan Rasa Rendah Diri
Telah disebutkan, selfitis sangat membutuhkan validasi dari orang lain dalam bentuk like dan komentar di media sosial. Mereka menyamakan like dan komentar dengan harga diri sehingga ketika mendapatkan sedikit like dan komentar di sosial media, mereka merasa rendah diri dan meragukan diri sendiri.
Hubungan Sosial Terganggu
Selfitis memicu sifat narsisme yang tinggi sehingga membuat seseorang secara obsesif menghabiskan seluruh waktunya luang mereka untuk mengambil foto diri mereka atau mengeditnya agar terlihat sempurna. Bukan tidak mungkin, hal itu membuat orang di sekitarnya terganggu dan menghancurkan pertemanan mereka.
Meningkatkan Risiko Gangguan Mental
Selfitis akan selalu membandingkan foto dirinya dengan foto orang lain, begitu pun dengan jumlah like yang diraih. Hal itu tentu akan membuat stress, cemas, dan depresi. Apalagi jika mendapati selfie orang lain lebih banyak mendapat like daripada dirinya sendiri.
Memancing Bullying
Tentu tak semua orang suka dan nyaman melihat wajahmu selalu terpampang ketika mereka scroll media sosial. Bukan tidak mungkin, orang akan bereaksi dengan memberikan komentar negatif.
Kecelakaan Diri
Banyak laporan menyebutkan puluhan orang meninggal setiap tahun saat melakukan selfie. Hal ini karena mereka tidak menyadari keadaan di sekitar dan membuat mereka mengalami kecelakaan.
Cara Mengatasi Selfitis
Selfitis selalu bermula dari kecanduan scrolling media sosial. Oleh karena itu, untuk mengatasi selfitis adalah dengan membatasi akses ke media sosial. Kamu bisa menetapkan batasan berapa lama durasi untuk scrolling media sosial. Saat ini juga sudah banyak aplikasi yang bisa mengingatkan dan memutus langsung secara otomatis ketika kita sudah terlalu lama scrolling media sosial.
Jika perlu, lakukan detoks media sosial, yaitu tidak membuka media sosial sama sekali dalam jangka waktu tertentu. Kamu bisa memulainya dari satu hari dalam seminggu tanpa media sosial, lalu ditingatkan menjadi 2-3 hari dalam seminggu.
Ganti waktu scrolling media sosial dengan kegiatan fisik di luar ruangan yang menyenangkan misalnya berjalan-jalan di taman, berkebun, atau duduk santai di taman sambil mengamati orang dan lingkungan di sekitar.
Kesimpulannya, meskipun swafoto atau selfie adalah salah satu cara mengekspresikan diri namun tetap harus ada batasannya untuk menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.