Sudah Setahun Lebih, ini Saatnya Bangkit dari Pandemi

bangkit dari pandemi

Pandemi Covid-19 sudah mengubah banyak hal, termasuk kehidupan banyak orang menjadi terpuruk akibat kondisi yang serba gak pasti. Banyak yang khawatir akan kehilangan pekerjaan sementara gak sedikit juga yang cemas akan terinfeksi virus. Bukan hanya kondisi ekonomi yang terganggu, tapi mental dan fisik juga terpengaruh. 

Betul! Siapa sih yang gak stress dengan isolasi, pembatasan mobilitas, pembatasan operasional fasilitas umum, restoran dan tempat hiburan yang terpaksa gulung tikar, serta rasa takut terpapar virus di tempat umum? BBC Indonesia bahkan pernah memperingatkan bahwa bagi sebagian orang, dampak psikologis dari pandemi bisa mempengaruhi kesehatan mental lebih lama dari pandemi itu sendiri.

Tekanan mental di masa pandemi sebetulnya adalah hal yang wajar, namun kalau dibiarkan berlarut-larut bisa jadi akan memicu depresi dan gangguan lainnya. Nah, biar kamu gak terjebak dalam kondisi terpuruk yang berkepanjangan, langkah-langkah berikut bisa kamu jadikan acuan supaya bisa move on ke kehidupan yang lebih baik.

Memahami masalah

Karena tertekan secara mental, banyak orang yang kemudian menyalahkan keadaan dan orang lain. Kita bisa melihatnya dengan begitu banyak hoax yang beredar di media sosial menyangkut pandemi. Karena begitu minimnya keinginan orang untuk memahami masalah yang sebenarnya, kini pandemi juga mengakibatkan masalah lain, misalnya menyalahkan ras tertentu yang dianggap sebagai penyebar virus, sehingga menimbulkan rasa benci dan memicu kekerasan.

Padahal, secara medis pandemi yang terjadi sekarang terbilang bisa ditangani cukup baik.  Bandingkan dengan pandemi Flu Spanyol pada 1918 yang diperkirakan merenggut nyawa hingga sekitar 40 juta orang. Pandemi Covid-19 saat ini sudah diantisipasi cukup baik dengan teknologi medis yang lebih modern, penelitian, pusat informasi yang kredibel dan tenaga medis yang responsif. 

Jadi, ada baiknya kalau kita berusaha memahami masalah pandemi ini dari tenaga medis langsung atau lembaga kesehatan, bukan dari sumber yang kurang jelas.

Menerima keadaan

Seperti yang dilansir oleh Psychology Today, menerima kondisi yang buruk memang butuh waktu. Suatu keadaan yang bersifat negatif bisa berubah menjadi positif atau setidaknya netral, kalau kita mau menerimanya dan bukan melawannya. Hal ini juga diperkuat oleh psikolog Intan Erlita, M. Psi yang dikutip dari Antaranews.com bahwa dengan sikap menerima dan berdamai dengan keadaan saat pandemi bisa meminimalisir pikiran negatif. 

Menerima keadaan bisa meringankan beban mental. (Foto: Xframe.io)

Menyayangi diri sendiri

Kondisi yang gak stabil bisa membuat kita dikuasai emosi sehingga sulit untuk memutuskan mana yang baik dan tidak. Salah satu dampaknya adalah kamu bisa melakukan tindakan-tindakan negatif, seperti mengabaikan protokol kesehatan, menganggap bahwa pandemi ini hanya hoax dan lain-lain yang justru akan merugikan kamu sendiri.

Mulailah untuk menyayangi diri sendiri dengan menyadari kalau diri kamu sendiri begitu berharga dan dengan melakukan tindakan ceroboh justru akan membahayakan diri sendiri serta keluarga. Kamu bisa memulainya dengan mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah yang merupakan hal paling mendasar dan mudah untuk dijalankan.

Melihat sisi positif

Dalam kondisi mental yang tertekan, melihat sisi positif dari suatu masalah memang gak mudah. Tapi kamu juga bisa perhatikan bahwa selama pandemi gak semua yang terpuruk itu kemudian menyerah begitu saja. Misalnya, saat orang terpaksa kehilangan pekerjaan karena pandemi, banyak yang kemudian beralih profesi menggeluti pekerjaan baru yang dijalankan secara daring, seperti berjualan online atau membuka jasa desain melalui website dan media sosial. 

Di masa pandemi juga merupakan kesempatan yang baik untuk belajar hal baru, seperti mengikuti webinar dan kursus online. Siapa tahu kamu mendapatkan peluang untuk memulai usaha yang baru? Ini memang butuh belajar, tapi apa sih ruginya belajar sesuatu yang baru?

Meyakinkan diri untuk bangkit

Dalam kondisi yang sulit seperti pandemi, kita sebetulnya hanya punya 2 pilihan, yaitu berlarut-larut dalam kondisi terpuruk dan terus menyalahkan keadaan atau mencari solusinya dan bangkit lagi. Ini memang bukan perkara mudah, tapi memilih untuk bangkit dari keterpurukan jelas lebih baik daripada kamu terus-terusan menyalahkan keadaan.

Jangan khawatir dengan kegagalan yang mungkin terjadi di tengah jalan nanti, karena itu juga berarti kamu punya kesempatan untuk belajar lebih jauh lagi dan mengasah keterampilan baru kamu. 

Nah, Sahabat Goodlife yang merasa selama pandemi ini terbebani dengan banyak masalah dan masih sulit untuk bangkit lagi, beberapa langkah tadi bisa dijadikan panduan untuk gak berlama-lama terpuruk di masa pandemi.

Visited 5 times, 1 visit(s) today