Suka Lakukan Prank pada Anak? Hati-Hati, ini Dampak Negatifnya

Melakukan prank atau kejahilan untuk kesenangan semata sedang menjadi tren. Secara teknis, prank adalah sebuah tindakan lelucon pada orang lain yang membuat orang tersebut kaget, merasa heran dan bahkan kadang merasa tidak nyaman. Nah, apa jadinya kalau tindakan ini dilakukan orang tua pada anak?

Tindakan prank memang tak mengenal batas umur. Meskipun dilakukan dengan tujuan bercanda, namun prank ternyata memiliki dampak yang kurang baik bila dilakukan orang tua pada anak-anaknya. Seperti apa?

Rasa tidak aman

Melakukan prank apalagi secara berkala, justru membuat anak merasa tidak aman saat berada dekat dengan orang tuanya. Biasanya ini terjadi pada anak usia 6 hingga 12 tahun. Alih-alih seharusnya mendapatkan rasa aman untuk berkembang, anak justru merasa terganggu dengan kejahilan yang terjadi pada dirinya.

Hilangkan rasa percaya pada orang tua

Bagi anak, orang tua adalah sosok yang paling bisa dipercaya. Tapi bila yang  terjadi adalah orang tua menjahili anak dengan membohonginya, maka saat itulah orang tua sebetulnya mulai menanamkan benih ketidakpercayaan pada anak. Jadi, wajar saja bila anak tidak lagi percaya pada orang tuanya dan tidak menjadikannya sebagai panutan.

Secara tak sadar, prank pada anak bisa mengikis rasa percaya anak pada orang tuanya. (Foto: Pexels)

Benci pada keluarga

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, hilangnya kepercayaan anak pada orang tua bisa menjadi masalah yang lebih besar bila tidak ditangani dengan benar. Terlebih bila tindakan prank terus berlanjut, anak justru bisa membenci keluarganya sendiri karena rasa tidak aman yang terus menumpuk ditambah hilangnya rasa percaya pada orang tua.

Tidak percaya diri

Beberapa orang tua bahkan merekam tindakan prank pada anaknya sendiri dan menyebarkannya di media sosial. Tentu saja hal ini akan membuat anak menjadi malu karena dijadikan bahan tertawaan, bukan hanya oleh keluarganya saja tapi oleh banyak orang di media sosial. Rasa malu inilah yang bisa memicu anak menjadi mudah untuk merasa tidak percaya diri.

Memiliki trust issue

Soal rasa percaya yang terganggu memang bisa berakibat ke banyak hal. Berawal hanya dari rasa tidak percaya pada orang tua, perasaan anak juga bisa berkembang kepada rasa tidak percaya pada lingkungannya kalau tindakan prank terus berlanjut. Bila orang tua saja sendiri tidak bisa dipercaya lagi, bagaimana mungkin anak nantinya akan percaya pada orang di sekitarnya? Di masa mendatang, perasaan ini akan mengganggu dalam interaksi sosial.

Trauma berkepanjangan

Tanpa disadari, prank juga bisa membuat anak merasa trauma akan suatu hal. Namun sayangnya, trauma ini sering ditanggapi dengan kurang baik, seperti dianggap berlebihan dan anak dianggap tidak kuat mental. Padahal, trauma pada anak-anak bisa berlanjut hingga dewasa bila tidak segera diatasi.

Menjadi pelaku bullying

Anak sangat mudah meniru perilaku orang lain. Karena sering dijahili orang tuanya, bukan tidak mungkin anak akan meniru tindakan mereka dan melakukannya pada orang lain. Anak juga memiliki pikiran ingin tahu yang lebih banyak, jadi sangat mungkin tindakan yang dilakukan anak pada orang lain tak sekadar meniru orang tuanya, tapi juga ditambahkan dengan tindakan lain yang mungkin lebih berbahaya.

Nah buat Sahabat Goodlife yang menjadi orang tua, perlu diingat bahwa orang tua adalah sosok yang dianggap paling dipercaya oleh anak. Itu sebabnya kita jangan mencederai kepercayaan tersebut dengan hal-hal sepele seperti prank. Akan lebih baik bila kita bisa mendampingi anak dalam menghadapi masalah-masalahnya sehingga anak juga akan lebih memiliki pikiran positif dalam menjalani hidupnya nanti.