Malinda Amalia, Owner Linean
“Gen Z We Young We Care“ : Part 1
“Kita gak boleh egois dalam melakukan sebuah bisnis. Itu mengapa kita ingin jadi sociopreneur (entrepreneur yang melakukan kegiatan bisnisnya dengan tujuan memperdayakan lingkungan) karena kita gak mau cuma ngejar keuntungan tapi gak peduli sama bumi dan lingkungan,” kata Malinda Amalia atau akrab disapa Manda, pendiri Linean, saat ngobrol bareng Goodlife.
Dilansir dari theaseanpost.com, sebuah penelitian yang dilakukan Dell Technologies berjudul ‘Gen Z: The Future has Arrived’ menemukan karakteristik yang dimiliki oleh banyak Generation Z (Gen Z), yaitu keinginan untuk membuat dampak positif bagi dunia. Gen Z juga disebut lebih sadar dengan gaya hidup ramah lingkungan dan menaruh perhatian pada masalah lingkungan dan perubahan iklim.
Sebagai Gen Z, pemikiran Manda soal kepedulian pada lingkungan memang patut diacungi jempol. Setelah mendirikan Linean, Januari 2017, Manda menerapkan segala hal yang memang eco-friendly seperti menggunakan kain linen dari serat alami tumbuhan rami, menerapkan natural dye atau pewarnaan dengan pewarna kain alami, serta mengganti kantong plastik dengan cassava bag untuk membungkus produk Linean.
“Produksi kami juga zero waste. Bahan-bahan sisa produksi kita manfaatkan lagi untuk membuat tempat stainless straw, pouch, tote bag. Bahan-bahan sisa juga kita sumbangin ke Zero Waste Indonesia (komunitas berbasis online yang mengajak masyarakat untuk menjalani gaya hidup nol sampah) untuk dipakai membuat tas dari bahan-bahan sisa,” kata Manda yang pernah menjadi Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri 2018 untuk kategori Wirausaha Kreatif ini berkat Linean.
Meski di awal tidak secara khusus membranding produknya ramah lingkungan, namun Linean kini justru terkenal sebagai sustainable fashion.
Berdayakan Petani Lokal
Pertimbangan Manda menggunakan kain linen antara lain karena kain tersebut memiliki karakteristik yang unik.
“Kain ini bisa menyesuaikan dengan udara di sekitar ketika kita sedang memakainya. Kalau udara lagi panas, kain ini bisa jadi adem. Kalau udara lagi dingin, dia bisa jadi hangat. Kain ini memang unik. Beberapa brand fashion juga menggunakan kain ini tapi karena kain ini organik jadi mereka jualnya mahal banget, bisa di atas Rp. 3-5 juta,” jelas gadis yang berhasil lulus kuliah dari 2 bidang sekaligus, Teknik Informatika dan Statistika ini.
Sementara produk Linean dibandrol antara Rp. 290 ribu – 1,5 juta. “Kenapa kita bisa lebih murah karena kita langsung ambil dari supplier di pelosok-pelosok daerah seperti di Pekalongan, Solo, Yogyakarta, dan Klaten. Kita juga cari supplier yang memang bisa menyediakan natural dye (pewarnaan alami) juga. Mereka usaha rumahan untuk bikin kain linen ini. Selain kain linen polos, mereka yang menyediakan lurik juga,” cerita Manda yang menyebut dalam satu bulan Linean bisa menjual 100 pieces baju.
“Selain dari kota-kota di Indonesia, pembeli juga ada yang dari Singapura, Inggris, dan Brunei. Yang dari Brunei bahkan mengajak kita kolaborasi jadi Linean Brunei tapi karena pandemi jadi di-pending dulu.”
Eco-friendly Itu Penting
Selain ramah lingkungan, Manda juga menyebut model baju Linean dibuat cocok untuk segala occasion. “Dipakai untuk hangout bisa, dipakai untuk acara formal juga bisa. Kita sih ingin mengajarkan agar masyarakat gak konsumtif jadi beli baju yang bisa untuk segala suasana,” ujar Manda sambal menyebut sasaran Linean adalah golongan anak muda usia 23-30 tahun.
Untuk desain, Manda bekerja sama dengan temannya yang memiliki background pendidikan di bidang fashion. Mereka akan mengeluarkan desain-desain baru per season. Misalnya untuk summer akan dipilih model baju dengan warna-warna cerah.
“Tapi kita lebih ke earth tone sih, warna-warna natural karena kita juga memakai pewarna alami seperti jelawe, kunyit, dan buah naga.”
Bagi Manda, sangat penting menggunakan bahan-bahan alami dan zero waste dalam proses produksi Linean karena untuk ikut melestarikan bumi.
“Seperti masalah food waste yang kalau kita tidak tangani secara serius, di tahun 2050, butuh 4 bumi (untuk menampung food waste). Dan kalau kita pakai baju yang gak eco-friendly, yang dibuat di pabrik-pabrik secara massive, itu akan menghasilkan asap dan sangat besar pengaruhnya pada climate change.”
Manda bisa mewakili Gen Z yang memang dikenal lebih peduli pada lingkungan. “Aku juga punya mimpi bisa bikin bisnis yang lainnya. Dan kalau pun nanti maunya bisnis makanan atau yang lainnya, aku tetap harus mikirin dengan matang bagaimana caranya bisa sustainable, gak egois sama bumi dan lingkungan,” tutup Manda.
Wah semangat Manda berbisnis sambil menjaga lingkungan bisa jadi inspirasi Gen Z lainnya nih. Yuk, Sahabat Goodlife ikut dukung gerakan mencintai lingkungan sejak saat ini. (Sri Isnaeni)