Diawali dengan sering lupa, gangguan alzheimer sering diabaikan oleh banyak orang. Padahal, penyakit yang banyak melanda para lanjut usia ini sebetulnya bisa dicegah pada usia dini melalui serangkaian aktivitas sederhana. Inilah yang menjadi salah satu fokus dari Alzheimer’s Indonesia (ALZI), sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup ODD (Orang Dengan Demensia). Bertepatan dengan Hari Usia Lanjut Nasional pada 29 Mei 2021, Goodlife menyoroti masalah alzheimer yang rentan terjadi pada lanjut usia.
Lalu, apa bedanya alzheimer dengan demensia? Demensia adalah gambaran secara umum yang mengkondisikan seseorang mengalami gangguan kognitif, seperti penurunan daya ingat, gangguan emosi, dan fungsi otak lainnya. Demensia biasanya juga dibarengi dengan gangguan perilaku, seperti halusinasi dan depresi.
Sedangkan alzheimer sendiri adalah salah satu bagian dari gangguan demensia yang paling umum diderita banyak orang. Setidaknya hingga kini terdapat sekitar 60% hingga 80% ODD yang mengidap alzheimer.
Gejala alzheimer yang paling awal biasanya adalah sering lupa atau penurunan daya ingat yang ringan. Banyak yang biasanya mengabaikan gejala yang dianggap ringan ini sebelum akhirnya meningkat pada penurunan daya ingat yang lebih besar. Pada akhirnya penderita alzheimer akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dan merespon lingkungannya.
Mencegah dengan Senam
Lelly Milawati, Risk Reduction Team Alzheimer’s Indonesia menjelaskan pada Goodlife bahwa salah satu cara sederhana yang bisa mencegah risiko alzheimer adalah dengan melakukan senam otak yang gerakannya bisa membuat otak kita lebih aktif dan terlatih.
“Kegiatan senam otak intinya adalah untuk optimalkan fungsi otak jadi otak harus selalu bekerja dengan segala macam cara,” terang Lelly saat berbincang dengan Goodlife.
ALZI sendiri saat ini memiliki beberapa set senam kesehatan otak di akun Youtube Alzheimer’s Indonesia.
“Kalau sudah hafal dengan set senam yang satu, sebaiknya coba yang lain supaya otak terlatih untuk belajar gerakan yang baru,” lanjut Lelly.
Senam kesehatan otak ini juga dirancang dengan gerakan-gerakan khusus yang memang sudah diteliti secara medis. “Sudah ada banyak penelitian tentang brain gym jadi memang terbukti bisa mencegah terjadinya alzheimer,” terang Amalia Fonk-Utomo, Deputy Executive Director Alzheimer’s Indonesia.
Dengan gerakan-gerakan yang mengandalkan koordinasi gerakan tangan dan jari, senam ini juga bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia tertentu. “Anak kecil juga bisa ikut selama mereka bisa mengikuti gerakannya,” terang Lelly. “Semakin muda semakin baik, asalkan dilakukan konsisten,” tambahnya.
Lelly juga menerangkan kalau senam kesehatan otak di ALZI juga ada yang dibuat khusus untuk orang yang tidak bisa berdiri, jadi bisa dilakukan sambil duduk, mengingat penderita alzheimer yang biasanya juga berusia lanjut.
Sementara tips sederhana untuk terhindar dari risiko alzheimer sejak dini menurut Lelly adalah dengan melakukan senam kesehatan otak selama total 150 menit seminggu secara konsisten. “Tapi harus konsisten setiap hari, jangan dilakukan sekaligus 150 menit dalam sekali senam, ini tidak bagus!” tegasnya.
Sebelum mensosialisasikan senam kesehatan otak, ALZI juga mengawalinya dengan senam Poco-Poco Ceria agar aktivitas untuk melatih kesehatan otak menjadi lebih menyenangkan. “Ini sebetulnya dari tarian poco-poco tapi kami menamakannya Poco-Poco Ceria supaya menarik,” terang Amalia.
Menariknya, tim medis di ALZI juga sudah melakukan penelitian pada senam Poco-Poco Ceria dan hasilnya cukup menggembirakan. “Poco-Poco Ceria ini kalau dilakukan konsisten 2 kali seminggu masing-masing selama 30 menit akan mengurangi risiko kerusakan kognitif yang mengakibatkan orang susah mengingat hal tertentu,” jelas Amalia.
Aktivitas di Masa Pandemi
ALZI sendiri secara umum memiliki 3 kegiatan utama, yaitu:
- Risk reduction
- Meaningful engagement
- Education
Risk reduction menurut Amalia lebih bersifat pada aktivitas seperti senam kesehatan otak yang dilakukan secara rutin. Sedangkan meaningful engagement berfokus pada kegiatan konsultasi antara care-giver atau keluarga dengan ODD. Sementara education menitikberatkan pada penelitian tentang hal yang terkait alzheimer.
Sebelum pandemi, ALZI secara rutin 1 bulan sekali menggelar sesi care-giver meeting secara offline untuk memberi kesempatan pada masyarakat luas mengetahui dan berkonsultasi langsung dengan tenaga medis tentang penyakit alzheimer. Namun di masa pandemi, aktivitas dialihkan ke platform daring (media sosial) dan diadakan 2 bulan sekali.
“Sekarang care-giver meeting kami adakan selang-seling dengan care-giver consulting yang sifatnya lebih privat,” terang Amalia.
Selain itu, untuk aktivitas seperti senam juga dilakukan secara daring melalui Whatsapp group yang dikelola oleh para relawan.
Tentang Alzheimer’s Indonesia
Alzheimer’s Indonesia awalnya terbentuk dengan nama Asosiasi Alzheimer Indonesia pada 2009 dan pada 2013 berubah nama menjadi Alzheimer’s Indonesia atau ALZI. Tak hanya aktif mengedukasi masyarakat tentang alzheimer dan demensia di Indonesia, ALZI juga mempunyai perwakilan (chapter) di beberapa negara, seperti di Belanda, Qatar, Amerika Serikat dan Swiss.
Di Indonesia sendiri, ALZI memiliki perwakilan di 16 kota yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi. Keanggotaan ALZI menurut Amalia juga bersifat lintas profesi. “Kami ada dari dokter, ahli gizi, hingga programmer,” terang Amalia.
Luasnya jaringan ALZI hingga ke luar negeri, menurut Amalia adalah selain karena begitu pentingnya masyarakat untuk memahami penyakit ini, cukup banyak juga orang Indonesia yang berada di luar negeri dengan umur yang mendekati lansia dan rentan terkena alzheimer. “Saat ini informasi lengkap tentang penyakit alzheimer dan kondisi demensia ini agak sulit didapat. Itu sebabnya kami juga menjadi anggota dari Alzheimer Disease International yang berbasis di London,” terang Amalia.
Dengan memperluas jaringan di luar negeri dan Indonesia, ALZI bertekad untuk mempermudah penyebaran informasi tentang alzheimer. ALZI juga membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin terlibat sebagai relawan, berkolaborasi atau sekadar mencari informasi tentang alzheimer melalui website www.alzi.or.id.