Benarkah Makanan Olahan Mudah Picu Kenaikan Berat badan?

makan

Makanan olahan selama ini dituding sebagai sumber berbagai gangguan kesehatan, termasuk kenaikan berat badan. Kenapa makanan olahan tidak disarankan dikonsumsi dan bagaimana hubungan makanan olahan dengan kenaikan berat badan? Yuk, ketahui fakta dna penjelasannya. 

Makanan olahan adalah produk makanan atau minuman yang sudah melewati proses tertentu, seperti pemanasan, pengeringan, pembekuan, pengalengan, pengemasan, dan sebagainya. Dalam prosesnya, bahan makanan dan minuman olahan ini biasanya juga ditambahkan bahan lainnya seperti garam, gula, minyak, atau bahan kimia lainnya yang bertujuan agar makanan lebih awet dan memiliki rasa yang kuat.

Saat ini, makanan olahan sangat mudah ditemui di pasar dan telah dikomersilkan secara besar-besaran. Masyarakat pun tergiur memilih makanan olahan karena rasanya yang kuat, gurih, dan praktis karena tidak memerlukan persiapan yang panjang. Beberapa contoh makanan olahan antara lain buah dan sayuran kaleng, roti, kue, biskuit, keripik kentang, nugget, kornet, sosis, bakso, minuman manis dan bersoda. 

Sayangnya, karena telah melalui proses yang panjang dan penambahan bahan kimia dengan tujuan sebagai pengawet dan penguat rasa, makanan olahan tidak disarankan dikonsumsi secara berlebihan. Pasalnya, proses yang panjang telah menghilangkan banyak kandungan nutrisinya. Makanan olahan juga cenderung miskin serat sehingga meningkatkan risiko banyak penyakit, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, risiko kanker, hingga obesitas.

Sponsored Links

Hubungan Makanan Olahan dengan Kenaikan Berat Badan

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar makanan olahan akan diberikan bahan tambahan (berupa bahan kimia) sebagai penguat rasa, pengawet, dan pengemulsi. Beberapa bahan tambahan yang sering diberikan pada makanan olahan antara gula, natrium, dan lemak. Hal itu membuat makanan olahan sangat tinggi kalori, rendah serat, dan miskin nutrisi.

Jika dikonsumsi secara berlebihan, makanan olahan akan disimpan tubuh sebagai lemak dan memicu kenaikan berat badan. Apalagi serat yang dibutuhkan tubuh untuk mencerna makanan dengan baik, sering kali hilang dalam proses pembuatannya.

Makanan olahan mudah didapat dengan harga terjangkau (Foto: Pexels)

Makanan olahan juga cenderung ‘dirancang’ untuk membuat kamu makan berlebihan dan menjadi ketagihan. Hal itu karena makanan olahan memiliki rasa yang kuat dan gurih sehingga memicu rasa tak cukup hanya makan 1-2 potong atau porsi kecil. Jika pun makanan olahan menyebabkan rasa kenyang, itu tidak akan bertahan lama. Kamu akan cenderung merasa semakin lapar dan ingin makan dan makan lagi.

Memenuhi perut dengan makanan olahan, artinya kamu menyisakan sedikit ruang dalam pola makan untuk makan makanan yang lebih bergizi, seperti sayuran dan buah-buahan segar.

Penelitian telah menunjukkan makanan olahan juga dapat membuat perbedaan pada cara tubuh kita meresponsnya. Misalnya, ketika makanan seperti kacang-kacangan dimakan utuh, tubuh menyerap lebih sedikit lemak daripada ketika kacang diolah dengan cara disangrai dan dikemas dalam kemasan.

Yang juga membuat makanan olahan menyebabkan kenaikan berat badan adalah terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan dapat mempengaruhi kesehatan usus. Pada akhirnya, sistem pencernaan menurun dan membuat penumpukan lemak di dalam tubuh.

Berapakah Jumlah Aman Konsumsi Makanan Olahan?

Makanan olahan yang mudah didapat, mudah disajikan, dan memiliki rasa yang lezat memang sangat sulit dihindari. Lalu berapakah jumlah aman konsumsi makanan olahan?

Membatasi asupan makanan olahan (Foto: Pexels)

Dilansir dari berbagai sumber, memang belum ada batasan pasti dari ahli untuk mengonsumsi makanan olahan per harinya. Namun dilansir dari Kompas disarankan, sebaiknya makan makanan olahan hanya satu kali dalam satu minggu.

Jika sudah terlalu sering mengonsumsi makanan olahan, kamu bisa mulai menguranginya dengan cara berikut ini:

  • Selalu siapkan snack sehat yang mudah dijangkau kapan pun kamu merasa ingin ngemil. Beberapa snack sehat antara lain buah, kacang-kacangan yang dipanggang, telur rebus, atau keripik kale.
  • Alih-alih minum minuman bersoda dan manis, minumlah lebih banyak air putih sepanjang hari. Dengan begitu, keinginan untuk makan olahan bisa dikurangi dan asupan gula dan garam juga bisa berkurang.
  • Makan lebih banyak sayuran. Ketika memutuskan untuk makan makanan olahan, pastikan untuk makan bersama sayuran agar kebutuhan nutrisi bisa tetap terpenuhi.

Meski pun terasa lebih lezat dan praktis, makanan olahan ternyata bisa memberi risiko gangguan kesehatan. Yuk, mulai batasi asupan makanan olahan dan ganti dengan makanan segar yang belum mengalami proses pengolahan.

Visited 30 times, 1 visit(s) today