Cek di Sini Moms, ini Fase Demam Berdarah yang Dialami oleh Anak dan Cara Penanganannya

anak sakit

Kadang, bila anak mengalami demam atau terlihat lelah, kita hanya menganggapnya sebagai hal biasa saja atau mungkin karena kelelahan. Padahal, perlu waspada karena bisa jadi itu adalah fase dari terkena Demam Berdarah Dengue atau DBD.

Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh gigitan nyamuk betina Aedes aegepti dan Aedes albopictus

DBD merupakan penyakit yang dapat menyerang orang dari berbagai umur, termasuk anak-anak. Bila dibiarkan begitu saja, penyakit ini dapat berakibat fatal dan berujung pada mortalitas.

Beda Gejala DBD pada Anak dan Dewasa

Pada umumnya, gejala DBD pada anak-anak dan orang dewasa adalah sama saja. Seperti misalnya:

  • Sakit perut atau perut yang terasa sakit ketika ditekan
  • Demam tinggi hingga 40 derajat Celcius secara mendadak
  • Muntah-muntah (mengeluarkan makanan atau bahkan darah)
  • Darah pada feses
  • Penurunan jumlah trombosit dalam darah
  • Mimisan dan gusi berdarah secara mendadak
  • Kebocoran plasma ketika pemeriksaan
  • Perasaan lelah, gelisah, dan mudah marah
manfaat cuddling
Mengenali gejala-gejala DBD pada anak sebelum menjadi lebih parah (Foto: Xframe)

Fase DBD pada Anak

Terdapat 3 fase DBD pada anak yang harus diperhatikan dan diwaspadai serta membutuhkan penanganan yang berbeda, yaitu:

Fase pertama (Febrile phase)

Anak akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celcius selama 2 – 7 hari. Selain itu otot-otot, sendi, tulang, kepala, serta tenggorokan anak akan mengalami nyeri atau sakit. 

Lalu, jumlah trombosit dalam darah akan turun hingga kurang dari 100.000 per mikroliter darah. Hal ini dapat terjadi hanya dalam 2 – 3 hari saja. Karena penurunan trombosit ini, pada kulit akan muncul bintik-bintik merah. Bila jumlah trombosit makin menurun, maka jumlah bintik-bintik akan bertambah. Hal ini disebabkan karena virus dengue dapat merusak pembuluh darah kapiler.

Fase kedua (Critical phase)

Pada fase ini, demam pada anak akan menurun dan anak akan tampak membaik. Kendati begitu, di dalam tubuh anak masih terjadi pendarahan yang membuat detak jantung serta tekanan darah dapat naik dan turun secara tidak stabil.

Bila penyakit yang terjadi parah, maka tekanan darah pada anak dapat menurun secara drastis dan menyebabkan kegagalan pada organ-organ penting, contohnya yaitu ginjal dan hati; yang dapat mengancam nyawa anak. Fase ketiga ini dapat berdurasi selama 1 – 2 hari. 

Berikut adalah gejala fase kritis pada anak:

  • Sakit perut
  • Muntah-muntah
  • Mimisan dan gusi berdarah
  • Anak mudah memar
  • Feses hitam dan lengket
  • Kesusahan bernapas

Fase ketiga (Recovery phase)

Fase ini terjadi setelah anak melalui fase kedua. Fase pemulihan terjadi dalam 2 – 3 hari setelah fase kedua. Pada fase ini, cairan yang sebelumnya keluar dari pembuluh darah kembali masuk ke dalam. Kondisi mulai membaik meskipun tubuh masih terasa sangat lemah.

Penanganan Darurat DBD pada Anak

Bila anak menunjukkan gejala DBD, maka orang tua dapat melakukan penanganan darurat seperti berikut:

  • Memberikan cairan yang banyak untuk anak. Karena diare dan muntah-muntah, maka anak dapat kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga, anak membutuhkan lebih banyak asupan cairan (air putih, susu, jus, larutan oralit) supaya tidak dehidrasi.
  • Memberi anak asupan buah-buahan terutama yang mengandung banyak air. Selain rasanya yang menyegarkan, buah-buahan yang mengandung banyak cairan seperti semangka dan jeruk juga punya kandungan nutrisi yang baik untuk membantu sistem imun tubuh.
  • Memberi anak istirahat total. Gejala DBD akan membuat anak lemas karena kekurangan carian. Agar tidak berakibat fatal, sebaiknya beristirahat total untuk menjaga kondisi tubuh.
  • Memberi kompres hangat pada bagian tubuh anak, yaitu ketiak, kepala, serta selangkangan.
  • Memberikan obat pereda nyeri (paracetamol) untuk mengatasi demam dan rasa nyeri pada anak.

Penanganan darurat hanya bersifat sementara. Bila sudah ditangani sendiri, sebaiknya segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik agar tidak terjadi risiko yang lebih besar.