Dampak Buruk Self-Blaming dan Cara Mengatasinya

mental

Terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas segala yang terjadi atau self-blaming memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental seseorang. Yuk, ketahui cara mengatasi self-blaming.

Self-blaming adalah perilaku yang terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas kekurangan, kesalahan, atau situasi yang terjadi sehingga menghabiskan seluruh energi hanya untuk merasa bersalah dan frustasi.

Self-blaming termasuk bentuk kekerasan secara emosional yang bisa dibilang paling toxic yang dilakukan seseorang kepada dirinya sendiri. Hal ini karena perilaku self-blaming bisa menghambat kemampuan seseorang untuk berkembang, bahkan sebelum memulainya.

Self blaming mungkin bermanfaat jika diikuti dengan perubahan perilaku yang positif. Misalnya, jika gagal lulus ujian, kamu mungkin bersedih tetapi kemudian cepat melakukan evaluasi dan memperbaiki cara belajarmu.

Yang berbahaya adalah jika terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas semua hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan ekspektasi, yang bahkan jika hal itu memang di luar kendalimu atau tanggung jawabmu.

kesehatan mental stress
Self blaming terjadi ketika kamu terus-terusan menyalahkan diri sendiri (Foto: Xframe)

Dampak Buruk Self-Blaming

Perilaku self-blaming bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun bisa lebih parah dengan orang yang memiliki trauma di masa lalu, suka mengkritik diri sendiri, atau berkepribadian obsesif dan memiliki sifat perfeksionisme.

Jika dibiarkan dan berlangsung secara terus-menerus, self-blaming memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental seseorang, seperti:

  • Kehilangan kepercayaan diri
  • Menurunnya motivasi dan produktivitas
  • Malas bersosialisasi dengan lingkungan
  • Sulit menerima diri sendiri
  • Stres
  • Gangguan kecemasan
  • Depresi

Cara Mengatasi Self Blaming

Memiliki perilaku yang selalu menyalahkan diri sendiri, meskipun hal itu bukan kesalahan atau tanggung jawab kita akan menurunkan kualitas dan kesejahteraan hidup kita.

Oleh karena itu, self-blaming harus segera diatasi sebelum berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Berikut hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi self-blaming.

Penerimaan diri

Ini adalah kunci utama untuk mengatasi self blaming. Kita menerima dan menyadari bahwa sebagai manusia kita sempurna apa adanya dan bahwa kesempurnaan itu ternyata tidak sempurna.

kesehatan mental
Ada berbagai cara untuk mengatasi self blaming agar tidak berlanjut lebih parah (Foto: Pexels)

Jika kita melakukan kesalahan, akui kesalahan itu namun bukan menyalahkan diri. Itu adalah dua hal yang berbeda. Ketika mengakui kesalahan, kamu akan menemukan hal apa saja yang perlu diperbaiki dan fokus melakukannya dengan lebih baik dan tanggung jawab.

Sebaliknya, menyalahkan diri hanya menghabiskan waktu untuk meratapi setiap kesalahan, terlepas apakah itu di luar kendalimu atau tidak.

Melatih Self-talk dan afirmasi positif

Ketika mengalami suatu peristiwa dan kamu mulai menyalahkan diri sendiri, cobalah melakukan self talk, berbicara dengan diri sendiri soal apa yang terjadi. Pilah mana situasi dan kondisi yang memang bisa kamu kendalikan dan mana yang di luar kendali kamu.

Lalu lakukan afirmasi positif pada diri, misalnya mungkin memang kali ini kesalahan ada di kamu, namun segera kirimkan afirmasi positif seperti semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, selanjutnya saya akan melakukan dengan benar, saya adalah orang yang pintar, atau saya bisa mengatasi ini.

Dengan begitu, rasa menyalahkan diri sendiri bisa diubah menjadi bahan evaluasi diri dan bisa meningkatkan kepercayaan diri.

Lakukan self-care

Salah satu bentuk self care secara mental adalah memahami bahwa orang pertama yang seharusnya bersikap baik terhadap dirimu adalah dirimu sendiri. Oleh karena itu, terimalah setiap kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam diri kamu.

Jangan melukai mentalmu sendiri dengan memeliharan rasa menyalahkan diri sendiri pada setiap kejadian yang bukan menjadi tanggung jawabmu.

Praktikkan rasa bersyukur

Ambil alih perilaku self blaming dengan rasa bersyukur. Tulislah tiga hal yang kamu syukuri setiap hari di dalam jurnal. Ada banyak penelitian yang menemukan bahwa rasa syukur memiliki dampak yang besar untuk memperbaiki cara otak bekerja dengan lebih positif.

Yang harus disadari adalah sebagai manusia kita hanya dituntut untuk berusaha semaksimal yang kita bisa untuk melakukan sesuatu, bukan dituntut menjadi sempurna.

Jadi, kita ada hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, solusinya adalah memperbaiki, bukan malah menyalahkan diri sendiri.