Indonesia kaya akan budaya kuliner, termasuk juga soal kopi. Budaya ngopi di Indonesia bisa dibilang sudah mengakar sejak lama dan dilakukan oleh banyak orang di Indonesia. Tak cuma kopi olahan modern yang dijual di kafe, Indonesia juga punya kopi tradisional yang diolah sesuai budaya kuliner di masing-masing daerah.
Kopi sendiri yang diminum tanpa gula, susu dan campuran lainnya mengandung banyak nutrisi, seperti vitamin B2, vitamin B5, manga, kalium, natrium, magnesium dan vitamin B3. Dalam takaran 100 gram kopi bubuk, kandungan nutrisinya adalah:
- 129 kalori
- 12.3 gram protein
- 0.5 gram lemak
- 35 gram karbohidrat
- 179 miligram kalsium
- 383 miligram fosfor
- 5.6 miligram besi
- 72 miligram natrium
- 3.2 miligram kalium
Beberapa manfaat konsumsi kopi (tanpa campuran) secara rutin adalah:
- Menjaga kesehatan jantung
- Menjaga berat badan
- Mengurangi risiko diabetes tipe-2
- Menjaga kesehatan organ hati
- Mengurangi risiko kanker
Kalau sekarang kopi banyak ditemui dengan campuran susu dan gula, kopi-kopi tradisional Indonesia justru banyak yang mempertahankan kopi hitam. Budaya ngopi di Indonesia juga melahirkan kopi-kopi eksklusif yang dipengaruhi oleh teknik pembuatan, cara mengolah biji kopi dan kadang juga kepercayaan tertentu yang diyakini warga setempat.
Nah, penasaran mau tahu keunikan kopi-kopi khas Indonesia? Simak penjelasan berikut ini:
Kopi Joss, Yogyakarta
Minum kopi dicampur arang? Betul! Kopi joss khas Yogyakarta ini mencampurkan potongan arang yang masih membara ke dalam kopi hitam yang masih panas. Arangnya sendiri diambil dari tungku yang disediakan khusus untuk menyiapkan arang. Sebelum dicelupkan ke kopi, arang terlebih dahulu diketuk-ketuk untuk menghilangkan debu yang menempel.
Bunyi mendesis yang keluar begitu arang dicelupkan ke kopi inilah yang kemudian memicu pemberian nama kopi joss oleh warga setempat. Kopi joss tak hanya soal rasa, menurut warga lokal kopi joss bahkan punya manfaat kesehatan, yaitu sebagai pengikat racun dalam tubuh berkat kandungan arang yang dimasukkan ke kopi.
Kopi Telanjang, Pontianak
Kopi ini berawal dari salah satu warung di Pontianak, yaitu Warung Kopi Engkoh Asiang atau lebih dikenal dengan Warung Kopi Telanjang. Tak ada yang istimewa di kedai kecil yang berlokasi di Jl. Merapi, Pontianak dan sudah berdiri sejak lebih dari 50 tahun lalu ini. Lantas, apa yang membuat kedai ini sangat dikenal orang, khususnya para pecinta kopi? Tak lain adalah cara penyajian kopinya dan, tentu saja, sang ‘barista’ atau peracik kopinya yang juga pemilik warung.
Yohanes Efendi atau Asiang, nama sang pemilik, memiliki kebiasaan atau ciri khas saat menyajikan kopi pada pelanggan, yakni tanpa memakai baju alias telanjang dada. Proses saat meracik kopi dari cerek panjang ke dalam cangkir kecil juga menjadi atraksi tersendiri. Soal rasa pasti terjamin, buktinya antrean pembeli tak pernah habis di kedai kopi yang sederhana ini.
Kupi Khop, Meulaboh
Salah satu tradisi kopi dari Aceh ini berasal dari kota Meulaboh, Aceh Barat. Selain rasa kopinya yang memang enak, cara menyajikan kopi juga sangat unik, yakni disajikan dengan gelas terbalik di atas piring kecil. Untuk meminum kopinya, pelanggan harus meniup dan membuka sedikit gelas yang terbalik itu agar kopi merembes keluar dari gelas.
Ternyata tak hanya soal gaya yang menjadi alasan kenapa pemilik kedai menyajikan kopi dalam keadaan gelas terbalik, tetapi agar suhu kopi tetap terjaga dan tak cepat dingin. Minum kopi memang lebih nikmat dalam kondisi masih panas.
Kopi Durian, Lampung
Sebagai daerah penghasil kopi robusta dan durian, Lampung juga memiliki cara unik menyajikan kopi, yakni dengan mencampurkan durian ke dalam seduhan kopi. Minuman ini seolah menjadi minuman wajib, khususnya di masa panen durian. Cara meraciknya pun tak sulit, cukup memasukkan daging durian ke dalam gelas berisi kopi panas.
Tak seperti cara minum kopi lainnya, minum kopi durian lebih pas dengan menggunakan sendok. Pasalnya, daging durian yang telah dicampur dengan kopi panas akan lebih mudah diambil dengan sendok, meskipun bisa juga dengan menyeruputnya secara langsung.
Kopi Daun Kawa, Sumatera Barat
Di daerah Sumetara Barat, kedai kopi daun kawa banyak bermunculan, mulai dari kota Padang hingga ke Bukittinggi yang berhawa sejuk. Selain cita rasanya yang berbeda dari kopi hitam biasa, kopi daun kawa juga unik karena tidak menggunakan biji kopi melainkan daun kopi. Warnanya pun cenderung seperti teh, yakni cokelat tua.
Di masa tanam paksa yang dikuasai Kolonial dulu, rakyat yang ingin mencicipi minuman kopi terpaksa harus rela hanya menyeduh daun kopi, bukan biji kopi, karena biji kopi harus dijual ke pihak Belanda.
Untuk mendapatkan cita rasa kopi yang enak, yang dipilih adalah daun kopi tua yang hampir gugur ke tanah. Setelah dipetik, daun dijemur lebih dulu di bawah sinar matahari selama sekitar satu jam, baru kemudian di jerang dengan air panas hingga mendidih.
Kopi yang beradaptasi dengan budaya dan kondisi setempat melahirkan banyak ramuan kopi tradisional yang unik. Jadi, sebetulnya budaya kopi di Indonesia punya ragam yang sangat kaya dengan ciri khasnya masing-masing. Dengan kondisi yang membatasi aktivitas seperti sekarang, kamu juga bisa lho mengeksplorasi kekayaan kopi Indonesia dan mungkin mau mencoba untuk meraciknya sendiri.