Menanam Kale Hidroponik, Menyalurkan Hobi Sekaligus Dapat Bonus Sayuran Sehat!

Kale menjadi salah satu sayuran yang sedang populer, terutama di kalangan pecinta gaya hidup sehat berkat kandungan gizinya yang tinggi. Menariknya, kale juga bisa ditanam sendiri dengan cara hidroponik yang kini banyak dilakukan masyarakat di kota besar. Bagaimana caranya?

Buat kamu yang sedang mencari bahan makanan sehat, sayuran kale bisa jadi pertimbangan. Bayangkan saja, dalam takaran 100 gram, kale mengandung:

  • 4.1 gram serat
  • 2.9 gram protein
  • 1.5 gram lemak total
  • 93.4 milligram vitamin C
  • 348 milligram kalium
  • 254 milligram kalsium
  • 4.4 gram karbohidrat
  • 35 kalori energi
  • 55 milligram fosfor

Sayangnya, kale belum sepopuler bayam atau selada, sehingga masih sulit ditemui di penjual sayuran. Meski begitu, kale segar bisa ditemui di supermarket, pasar modern atau gerai yang menyediakan makanan sehat dan organik. Tapi memang harganya juga cenderung lebih mahal dibanding sayuran lainnya.

Nah, agar Sahabat Goodlife bisa mengkonsumsi kale tanpa harus keluar banyak biaya, gak ada salahnya mencoba menanam kale dengan cara hidroponik. Instalasi hidroponik dan bibit kale pun kini banyak dijual di berbagai marketplace.

Pada dasarnya, hidroponik adalah kegiatan pertanian yang menjadikan air sebagai medium utama untuk menggantikan tanah. Tapi, selain menggunakan air, beberapa bahan lain seperti batu apung, batu kali dan arang juga bisa digunakan. Dengan metode tanamnya yang dianggap lebih mudah, hidroponik sekarang juga makin banyak diminati, terutama bagi warga perkotaan yang tidak banyak memiliki lahan luas.

Menanam kale dengan cara hidroponik. (Foto: IG @veganicfarm.id)

Kenali Jenis-Jenis Kale

Sebelum mengetahui cara menanam dengan cara hidroponik, Sahabat Goodlife bisa mengetahui dulu jenis-jenis tanaman kale.

Di Indonesia sendiri, ada 5 jenis kale yang banyak dikonsumsi. 5 jenis kale tersebut adalah:

1. Kale Green Dwarf Curly

Kale jenis ini memiliki daun mirip selada keriting, dengan tepi daun menyerupai gerigi dan meringkuk serta permukaan daun yang mengkilap. Jenis kale ini adalah yang paling mudah ditanam karena memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap berbagai macam iklim.

Kale Green Dwarf Curly yang bisa bertahan di berbagai iklim. (Foto: Pexels)

2. Kale Nero

Kale Nero memiliki bentuk daun yang panjang-panjang dan bergelombang. Teksturnya keras, tebal, dan kaku serta berwarna hijau gelap. Rasa kale nero lebih manis dibanding jenis kale lainnya. 

Kale Nero dengan rasa yang lebih manis dari jenis lainnya. (Foto: Pixabay)

3. Kale Scarlet

Kale Scarlet punya warna yang sangat cantik, yaitu ungu cerah mulai dari batangnya hingga daun. Bentuk daunnya keriting seperti kale Green Dwarf Curly dengan ukuran yang cukup besar dan permukaan mengkilap. Kale Scarlet paling banyak dicari untuk dibuat salad.

Sayangnya, kale jenis ini sulit tumbuh di Indonesia karena membutuhkan cuaca yang cukup dingin. Warna ungunya juga baru akan muncul jika hidup di daerah dingin.

Kale Scarlet dengan warna ungu dari daun hingga batang. (Foto: hosstools.com)

4. Kale Red Russian

Batang kale Red Russian berwarna ungu, sedangkan daunnya bergelombang, berwarna hijau gelap dengan semburat ungu di bagian pinggirnya. Tekstur daunnya empuk dan lembut serta memiliki aroma dan rasa yang lebih manis dibanding jenis kale lainnya. Cocok dijadikan salad! Kale Red Russian juga memerlukan udara dingin agar tumbuh subur.

Kale Red Russian dengan batang berwarna ungu dan tumbuh subur di daerah dingin. (Foto: incredibleseeds.ca)

5. Kale Siberian Dwarf

Kale jenis ini memiliki daun berbentuk mirip kale Green Dwarf Curly. Tekstur daunnya paling lembut dibanding kale jenis lainnya, rasanya juga manis dan segar. Kale Siberian Dwarf berumur pendek. Panen bisa dilakukan saat usianya mencapai 25 hari setelah ditanam.

Kale Siberian Dwarf dengan daunnya yang mirip kale Green Dwarf Curly. (Foto: seedbarn.com)

Cara Tanam Kale dengan Hidroponik

Nah, kalau sudah tahu jenis-jenisnya, berikut ini adalah cara menanam kale dengan metode hidroponik.

  1. Bibit kale disemai di rockwool (serat yang terbuat dari batu basalt dan dipadatkan hingga membentuk seperti busa) basah. Lalu letakkan di tempat teduh.
  2. Setelah 2 minggu disemai, akan muncul daun muda. Inilah saatnya memindahkan bibit kale ke netpot (pot kecil dengan lubang di samping dan bawah untuk pertumbuhan akar) dan menempatkan di dalam instalasi hidroponik.
  3. Daun dan batang kale akan terus tumbuh memanjang dan membesar. Oleh karena itu perlu asupan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan dengan sayuran lainnya. Beri nutrisi larutan AB mix (bisa dibeli di marketplace) dengan nilai EC (electrical conductivity) atau kepekatan nutrisi dalam larutan hidroponik 1mS/cm (bisa diukur menggunakan bantuan EC meter).
  4. Atur tingkat keasaman (pH) pada kisaran 5,5 – 6,5.
  5. Saat kale dewasa (lebih dari umur 45 hari), naikan nilai EC maksimal 2,5 mS/cm.
  6. Kale kemudian siap dipanen di umur 55 hari.
  7. Kale akan tumbuh subur di daerah berhawa sejuk. Jadi untuk urban farmer di daerah dengan hawa panas seperti Jakarta, disarankan memakai jaring paranet 50% untuk mengurangi terik matahari.
  8. Tanaman kale bisa berproduksi hingga umur tanaman 1 tahun. Namun karena ukuran batangnya akan semakin besar dan tidak muat lagi di lubang tanam di instalasi hidroponik, jadi sebaiknya ganti dengan bibit yang baru jika ingin terus menanam kale.

Nah, kalau sudah tahu kandungan nutrisinya, jenis-jenisnya dan cara menanamnya, Sahabat Goodlife juga bisa mencoba menanam kale sendiri dengan cara hidroponik. Sambil menyalurkan hobi bercocok tanam, kita juga bisa dapat manfaat sehatnya.