Banyak yang tak menyadari kalau pola makan yang berlebih atau membatasi secara berlebihan sebetulnya termasuk dari gangguan psikologis yang disebut eating disorder. Bahayanya, gangguan ini bila tak ditangani dengan sigap bisa membahayakan kesehatan.
Eating disorder termasuk jenis emotional eating yang kalau dibiarkan atau tidak ditangani dengan tepat akan menjadi Binge Eating Disorder (BED). Adapun penjelasan dari dokter gizi RS Harapan Bunda dr. Louise Kartika Indah, M.Gizi, Sp.GK bahwa BED dan emotional eating sama-sama merupakan penyimpangan perilaku makan yang dipicu oleh gangguan psikologis. Seperti apa tanda-tanda bahwa seseorang sudah terkena BED? Dan apa bedanya dengan emotional eating?
Ciri-ciri Orang Terkena BED
1. Pada kasus BED orang sulit menahan dorongan untuk menyantap makanan apapun dan dalam jumlah yang sangat banyak. Sedangkan pada kasus emotional eating orang cenderung makan junk food dalam jumlah dari sedikit hingga banyak.
2. Kondisi BED lebih parah ketimbang emotional eating. Jika tidak diatasi dengan tuntas, kasus emotional eating bisa berkembang menjadi BED.
3. BED bukan sekadar gangguan emosi berupa sedih atau kecewa seperti halnya emotional eating, tetapi gangguan psikologisnya mengarah ke gangguan kejiwaan seperti depresi, bipolar, atau trauma emosional yang dia simpan.
4. Orang yang mengalami BED biasanya akan makan dengan cara sembunyi-sembunyi. Dia tidak ingin orang melihat karena dia merasa tidak secure dengan body image-nya.
5. Setelah makan banyak, biasanya penderita BED merasa menyesal dan merasa benci pada dirinya. Pasien-pasien BED ini juga diketahui ada yang mengidap bulimia. Jadi, pasien merasa bersalah karena telah banyak makan kemudian mencoba untuk memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan.
6. Emotional eating hanya terjadi pada saat terpapar emosi negatif, sementara BED bisa terjadi lebih dari sekali seminggu dalam jangka waktu lama.
7. Emotional eating lebih banyak diderita wanita, sedangkan BED cenderung lebih beragam, yaitu bisa diderita pria maupun wanita.
Lalu, siapa saja yang bisa mengalami atau menderita BED? Nah, penderita BED ternyata bisa dari usia remaja sampai usia tua, dan terutama remaja sekarang yang cukup rentan sekali mengidap BED karena masalah body image.
“Tapi, ibu-ibu muda sekarang juga banyak terkena BED karena tuntutan sosial dan psikologis,” jelas dr. Louise.
Solusi Tepat Atasi BED
“Cari bantuan terapi ke psikolog karena BED termasuk gangguan psikologis yang berat. Biasanya penderita BED pun tidak fully aware. Malah banyak yang justru orang terdekatnya yang mengamati dan menyarankan dia untuk mendapat pertolongan,” terang dr. Louise.
Efek BED yang paling parah adalah gangguan kejiwaan yang semakin memburuk. “Sedangkan dari sisi nutrisinya, bisa berat badan berlebih atau penyakit obesitas yang mengancam, seperti hipertensi, diabetes, dan jantung,” jelas dr. Louise. Untuk pencegahan, Sahabat Goodlife juga bisa memulainya dengan fokus pada pola makan sehat, sempatkan waktu untuk berolahraga dan istirahat yang cukup. Selain itu, dr. Louise juga menyarankan untuk menjauhi toxic people yang dianggap bisa menimbulkan stress.
“Cari orang yang bisa diajak bicara. Social support system cukup membantu untuk mengurangi risiko kebiasaan yang tidak sehat seperti ini,” terang dr. Lousie mengakhiri penjelasannya.