Mahakarya Batik dan Dorongan Untuk Anak Muda di Hari Batik Nasional

batik day

Hari Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Meski sudah lewat, Sahabat Goodlife masih suka pakai batik, kan? Saat ini, memakai batik sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Dengan inovasi dan kreasi, batik bahkan bisa dipakai dalam segala acara. 

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, dalam sambutannya di acara opening ceremony KENDUREN 2020, salah satu dari rangkaian acara peringatan Hari Batik Nasional yang digagas Bank Indonesia KPw Solo secara virtual menyebut Indonesia butuh story teller untuk semakin memperkenalkan batik pada dunia.

“Van Gogh pernah memakai lurik dan dia pakai untuk melukis dan ada di museumnya. Lurik yang dia pakai dari Klaten. Tapi story telling tentang ini tidak terlalu banyak. Kita butuh story teller untuk menceritakan hal unik dan menarik tentang batik. Kita harus buat vlog-vlog kecil soal batik agar mendominasi media sosial agar batik makin mendunia dengan desain-desain yang luar biasa,” kata Ganjar.

Ganjar menyebut desain batik dan baju batik harus terus berinovasi agar membuat anak muda memakainya dengan senang hati.

Sponsored Links

Bukan Hanya Selembar Kain

Peran anak muda dalam perkembangan batik memang tidak bisa dipisahkan. Setelah menumbuhkan rasa cinta dan bangga memakai batik, generasi muda juga seharusnya ikut dan terlibat dalam melestarikan batik Indonesia, salah satunya dengan menjadi pengrajin atau desainer batik.

Dalam webinar ‘Batik untuk Kehidupan: Dulu, Masa Kini, dan Masa Depan,’ Tuty Adib, desainer sekaligus Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia, melihat saat ini belum banyak anak muda yang tertarik menjadi pengrajin atau desainer batik. Salah satu alasannya, mungkin karena selama ini desainer batik tidak terlalu mendapat sorotan atau perhatian.

“Generasi muda sekarang kan cenderung ingin tampil di depan. Mereka gak mau hanya di balik layar. Makanya ketika event-event internasional, jangan hanya nama-nama desainer fashion-nya saja yang disebut atau ditulis, tapi desainer batiknya juga harus disorot, disertakan namanya karena mereka ini kekuatan dari batik Indonesia,” kata Tuty.

batik day
batik fashion show Tuty Adib (Foto: Instagram@tutyadib)

Selain itu, pemilihan istilah sebagai pengrajin batik, sedikit banyak juga mempengaruhi minat anak muda untuk terjun sebagai pembatik.

“Saya rasa kalau anak muda disebut desainer batik atau seniman batik, mereka akan lebih merasa senang dibanding disebut pengrajin batik. Ini harus disosialisasikan ke masyarakat agar generasi muda menjadi lebih tertarik untuk menjadi desainer atau seniman batik.”

Hal itu didukung oleh Desy Nurcahyanti, dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo yang juga menjadi narasumber di webinar itu.

“Saya setuju kalau pengrajin batik disebut seniman karena yang mereka buat bukan hanya selembar kain bermotif tapi mahakarya. Karena proses membatik gak sekadar mencanting, menggunakan malam tetapi juga menghayati dan memahami seperti kontemplasi menghasilkan seni yang luar biasa,” kata Desy.Gerakan #BatikBeneran

Melihat proses membatik pada selembar kain yang begitu rumit namun menghasilkan karya seni yang tinggi, gak heran banyak yang mengoleksi kain batik. Desy bahkan menyebut kain batik bisa menjadi salah satu barang investasi.

“Karena karya batik yang dihasilkan oleh seniman ini memiliki karya seni bernilai tinggi. Sekarang batik tidak bisa kita pungkiri menjadi barang investasi karena banyak kolektor yang berburu batik-batik lawas,” ujar Desy.

Hal itu pula yang mendorong Yayasan Batik Indonesia (YBI) menggalakkan menggunakan batik tulis atau batik cap.

batik day
Annisa Yudhoyono (Foto: Instagram@annisayudhoyono)

“Sekarang ini yang sedang YBI canangkan pemakaian batik non printing karena sekarang banyak batik printing yang mengalahkan batik cap atau batik tulis. Karena sesungguhnya warisan budaya dari nenek moyang kita ya batik tulis atau batik cap itu. Itu yang membuat batik bernilai seni tinggi. Untuk gerakan itu, kita pakai hastag #batikbeneran,” kata Annisa Yudhoyono, dewan penasihat YBI.

Sebagai generasi muda, ternyata cara kita ikut melestarikan batik gak berhenti hanya bangga memakai batik nih. Sahabat Goodlife juga bisa memanfaatkan teknologi untuk semakin memperkenalkan batik di mana pun lewat cara apapun, terutama di media sosial. Tujuannya agar batik sebagai kekayaan budaya Indonesia semakin dikenal dunia. (Sri Isnaeni)

Visited 154 times, 1 visit(s) today