Peran Orang Tua dalam Hadapi Remaja yang Overthinking

stres

Masalah yang dihadapi remaja memang sangat beragam. Namun, salah satu yang paling sering kita dengar adalah soal overthinking. Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu remaja menghadapi overthinking.

Kita pasti sering mendengar atau melihat di media sosial keluhan yang diutarakan oleh para remaja, mulai dari tidak bisa tidur, stres, bad mood, dan semua itu berawal karena overthinking.

Overthinking secara umum memiliki arti berlebihan dalam berpikir. Sementara dalam ilmu psikologi, overthinking adalah berlebihan dalam berpikir dan sudah mengarah pada berpikir hal-hal yang negatif.

Penyebab overthinking pada remaja sebenarnya banyak sekali, mulai dari tekanan pergaulan, keluarga, percintaan, tuntutan akademik di sekolah, kejadian yang sudah berlalu, hingga penilaian orang lain terhadap diri sendiri.

Overthinking ini bisa hadir di pikiran remaja kapan saja, namun yang kerap dirasakan adalah menjelang waktu tidur, saat kondisi kamar temaram dan hening.

stres
Remaja sangat rentan terhadap hal yang memicu overthinking (Foto: Pixabay)

Hal itulah, yang kemudian membuat para remaja ini mengalami kesulitan tidur, kerap begadang, lemas ketika bangun tidur keesokan harinya, yang semuanya itu bisa membuat imun tubuh menurun, yang pada akhirnya bisa membuat mereka rentan terserang penyakit.

Namun yang tak kalah mengkhawatirkannya adalah, overthinking menyebabkan remaja mudah mengalami gangguan mental, mulai dari stres, cemas, hingga depresi.

Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?

Sebelum menentukan apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu remaja yang mengalami overthinking, tentu yang pertama dilakukan adalah mengenali tanda-tanda overthinking pada anak.

Berikut ini tanda-tanda remaja yang mengalami overthinking:

  • Memiliki kekhawatiran berlebihan atas berbagai masalah, besar dan kecil.
  • Sering mengkritik diri sendiri
  • Perfeksionis
  • Sulit membuat keputusan dan selalu bergantung kepada pendapat orang lain
  • Gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau sulit tidur

Setelah melihat remaja menunjukkan tanda-tanda di atas, sebagai orangtua ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu remaja yang overthinking.

Habiskan waktu bersama

Menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak, melakukan hal-hal menyenangkan berdua, misalnya berjalan kaki di taman, memasak, atau sekadar bicara hal ringan yang membuat tertawa bersama. Jika anak sudah merasa yakin, ia akan lebih percaya untuk membicarakan apa saja yang menyesaki pikirannya.

Dengarkan dengan sabar, tanpa menghakimi

Ketika anak sudah mulai berbicara hal yang membuatnya kerap overthinking, dengarkan dengan penuh perhatian dan sabar. Tunjukkan kamu benar-benar peduli dengan apa yang ia bicarakan tanpa menghakimi dan membombardir dengan nasihat. Jadi, cukup dengarkan saja.

Katakan bahwa apa yang mereka rasakan adalah hal normal

Hindari untuk mengatakan ‘tidak ada yang perlu dikhawatirkan’ karena hal itu justru membuat anak berpikir bahwa mereka seharusnya tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Sebaliknya, katakan bahwa tidak apa-apa untuk merasakan apa yang mereka rasakan. Apa yang mereka rasakan sekarang adalah hal yang biasa terjadi, jadi jangan terlalu dipikirkan.

Bila perlu, ceritakan juga bahwa kamu juga pernah merasakan overthinking. Dengan begitu, akan memudahkan anak untuk berbagi cerita.

Jangan menyalahkan mereka dan berikanlah dukungan pada remaja (Foto: Pexels)

Pujian dan afirmasi positif

Beri anak pujian bahwa mereka berani membicarakan segala kekhawatirannya dengan kamu. Kemudian beri afirmasi positif bahwa apa yang sudah mereka lakukan sejauh ini sudah sangat mengagumkan, mereka berani dan percaya diri. 

Lalu ingatkan bahwa ketika mencoba atau menghadapi sesuatu yang baru, bisa berhasil, bisa tidak dan hal itu sangat wajar. 

Batasi screen time

Scrolling media sosial bisa menimbulkan overthinking pada remaja. Oleh karena itu, batasi screen time dan ajarkan anak untuk bijak saat scrolling media sosial. Bicarakan bahwa apa yang terlihat bagus di media sosial, belum tentu menunjukkan hal yang sebenarnya.

Mendorong melakukan hobi dan aktivitas fisik

Dorong anak melakukan hobi dan aktivitas yang mereka sukai sehingga kesempatan untuk memikirkan hal-hal lain bisa berkurang. Hobi dan aktivitas fisik juga merangsang tubuh memproduksi hormon kebahagiaan.

Overthinking tidak bisa hilang dalam sekejap. Oleh karena itu, jangan menuntut anak untuk langsung menghilangkan segala pikiran yang tak perlu. Sebaliknya, biarkan anak tahu bahwa kamu mempercayainya.