Gejalanya Mirip, ini Bedanya Tuberkulosis dengan Covid-19

Di tengah pandemi yang masih belum reda, ada kecemasan akan penyakit yang bergejala mirip dengan Covid-19 dan masih punya potensi untuk menular juga. Tuberculosis (TBC) atau dikenal juga dengan tuberkulosis (TB) disinyalir punya gejala yang mirip dengan Covid-19. Bagaimana cara membedakannya?

TB adalah penyakit yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebetulnya bakteri ini bisa menyerang bagian manapun pada tubuh, namun memang yang paling sering adalah menyerang bagian paru-paru. 

Meskipun lebih dikenal sebagai penyakit paru-paru, namun TB juga berdampak pada bagian tubuh yang lain, seperti jantung, kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat. Menurut tbindonesia.or.id estimasi jumlah kasus TB di Indonesia saat ini adalah 842.000 kasus dan yang ternotifikasi baru mencapai 569.899 orang.

Tuberkulosis dan Covid-19, Apa Bedanya?

Meskipun keduanya diketahui sama-sama menyerang sistem pernapasan, namun kamu bisa membedakannya pada hal-hal berikut:

  • Batuk 

Keduanya sama-sama mengalami gejala batuk. Pada TB gejala batuk biasanya akan semakin parah dalam waktu 2 minggu dan batuknya berdahak bahkan kadang terdapat bercak darah. Sedangkan pada Covid-19, batuknya cenderung lebih kering.

  • Penyebab 

Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-Cov 2 sedangkan TB disebabkan oleh bakteri bernama mycobacterium tuberculosis. Penularan pada Covid-19 dan TB sama-sama melalui droplet, namun pada Covid-19 virus bisa menempel pada permukaan benda dan bertahan beberapa waktu. Sedangkan bakteri pada TB tidak menempel pada benda.

  • Gejala umum

Pada Covid-19 masa inkubasinya mencapai sekitar 14 hari dengan demam bisa lebih dari 38 derajat celcius disertai sesak napas. Pasien mengalami kehilangan indera penciuman sehingga tidak bisa merasakan rasa makanan dan minuman. 

Sedangkan pada TB masa inkubasinya lebih dari 14 hari (biasanya mencapai 3 minggu) dengan disertai demam kurang dari 38 derajat celcius. Gejala lain pada TB juga terlihat dari penurunan berat badan akibat hilangnya nafsu makan. Meskipun menyerang paru-paru, namun pasien TB umumnya tidak menderita sesak napas.

Meskipun sama-sama menyerang paru-paru, TB dan Covid-19 memiliki gejala berbeda. (Foto: Xframe)

Perlu Diketahui, ini Fakta tentang Tuberkulosis

Tubuh dengan imun yang baik bisa memberantas bakteri TB, namun tubuh dengan imun yang lemah bila terserang bakteri TB akan mengalami tahapan gejala awal yang disebut tuberkulosis laten. Pada tahap ini bakteri sudah memasuki paru-paru namun tidak memberikan gejala yang kuat. Pada kondisi ini juga pasien belum bisa menularkan bakteri TB ke orang lain karena sifat bakteri yang masih “bersembunyi” di paru-paru.

Bila tidak ditangani dengan benar, maka kondisi ini akan berkembang menjadi tahapan tuberkulosis aktif, yang artinya bakteri yang berkembang sudah merusak jaringan paru-paru dan bisa mulai menularkannya pada orang lain.

Dari data yang dilansir Halodoc, TB termasuk 1 dari 10 penyakit mematikan di dunia menurut WHO. Dan bahayanya, pada 2015 Indonesia termasuk dalam 6 negara teratas dengan kasus baru TB yang ditemukan.

Lalu, siapa saja yang rentan tertular penyakit TB? Berikut ini adalah beberapa kondisi yang diketahui rentan tertular bakteri ini:

  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, seperti penderita HIV, diabetes dan yang sedang menjalani kemoterapi.
  • Perokok.
  • Pecandu narkoba.
  • Malnutrisi atau kekurangan gizi.

Nah, kalau kamu termasuk dari beberapa kondisi tersebut, sebaiknya kamu mulai waspada. Karena di masa pandemi saat ini perbedaan gejala Covid-19 dan TB memang tak terlalu jelas. 

Pengobatan Pasien Tuberkulosis

Tidak seperti Covid-19 yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya, TB sudah memiliki beberapa obat untuk mengatasinya. Ada beberapa macam pengobatan untuk penderita TB baik untuk tahap laten maupun aktif. Bagi penderita tuberkulosis laten, pengobatannya adalah:

  • Antibiotik

Karena belum bersifat menularkan pada orang lain, kondisi ini bisa diobati dengan antibiotik yang diresepkan dokter.

Sedangkan untuk tuberkulosis aktif, pengobatannya bisa berupa:

  • Direct Observe Therapy (DOT)

Kondisi pasien diawasi secara ketat oleh dokter, terutama untuk konsumsi obat-obatan termasuk antibiotik. Cara ini dilakukan pada pasien yang menjalankan rawat inap karena memang memerlukan penanganan yang lebih ketat.

  • Pengobatan kombinasi

Teknik ini melibatkan beberapa jenis obat agar bakteri tidak menjadi kebal terhadap jenis obat tertentu. Biasanya ada 4 obat yang digunakan untuk pengobatan ini dan jika terjadi kekebalan terhadap obat tertentu maka kombinasi obat akan diubah.

Health Talk mengenai Covid-19 dan Tuberkulosis . (Foto: IG @_goodlifeid_)

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Tuberkulosis dan Covid-19, Sahabat Goodlife bisa menyimak sesi diskusi Health Talk melalui IG Live bersama Rumah Sakit St. Carolus Jakarta dengan topik “Tuberkulosis dan Covid-19” yang akan diadakan pada Rabu 1 September  2021 pukul 14:00 hingga 15:00 di akun Instagram @_goodlifeid_ dan @rscarolusjakarta. Sesi menarik ini juga akan menampilkan narasumber dr. Andika Chandra P, PhD, SpP dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.